Senin, 14 Juni 2010

Muslimah Berdakwah, Why not?


Mungkin banyak diantara kita para muslimah, apabila mendengar ajakan untuk berdakwah, sudah ngeri duluan. Kesannya gimana gitu. Sudah pasti beberapa jawaban berikut ini terlontar,

“Waah boror-boro berdakwah, belajar untuk diri sendiri aja masih jauuh..”

“Berdakwah mah nanti aja, kalo ilmu sudah banyak..”

“Aaah dakwah itu kan tugasnya ustadz dan ustadzah,kita bagian dengerin ajalah..”

“Yaah, jangankan berdakwah sama orang lain, sama keluarga sendiri aja belum pantes..”

Dan belasan jawaban lain, yang intinya kebanyakan (artinya tidak semuanya lho..) muslimah enggan untuk berdakwah. Benarkah tugas berdakwah hanya dibebankan kepada sebagian di antara kita saja, khusus laki-laki saja? atau kita semua mempunyai kewajiban untuk berdakwah? Apa sih dakwah itu, bagaimana melaksanakannya?

Apa alasan harus berdakwah?

Kondisi ummat manusia dewasa ini, khususnya kaum muslimin, lebih khusus umat muslimin di Indonesia, berada di tengah kondisi yang sangat menghawatirkan dalam kehidupan beragama. Hal ini terlihat dengan tersebar luasnya kemusyrikan dan kesyirikan di kalangan umat Islam. Sabagai contoh, coba lihat praktek-praktek kesyirikan di sekitar kita dengan maraknya perdukunan, ramalan-ramalan semisal Mama Loren dan teman-temannya yang menghampiri rumah-rumah dan kamar-kamar keluarga muslim.

Belum lagi pelecehan terhadap sebagian atau keseluruhan syariat Islam, misalnya menutup aurat atau berjilbab itu tidak wajib, muslimah kawin dengan non muslim boleh-boleh saja, kawin sesama jenis tidak mengapa yang penting suka-sama suka, nikah itu bukan termasuk ibadah, dan masih banyak lagi.

Kemaksiatan dan dekadensi akhlak merajalela. Ibu-ibu, remaja dan generasi muda muslim lebih menyukai nyanyian, tontonan televisi, show, game, fashion, shopping, dan gaul, daripada menghafal dan mengkaji al-Qur’an dan al-Hadith, atu kajian agama lainnya.

Belum lagi umat Islam yang berperpecah belah, saling bangga dengan kelompok dan golongannya, saling mencaci, dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja merupakan persoalan kita semua sebagai umat Islam dan menuntut keterlibatan seluruh kaum muslimin dan muslimah untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.

Mengapa muslimah harus berdakwah

Mengapa muslimah harus berdakwah? Pertanyaan ini kerap ditujukan kepada para muslimah ketika akan memulai dakwah, minimal dakwah dalam keluarga. Sebagaimana dimaklumi, perempuan adalah tiang dalam rumah tangga, dan rumah tangga adalah tiang suatu bangsa. Baik tidaknya sebuah rumah tangga sangat bergantung kepada baik tidaknya perempuan yang menjadi ibu dalam pembinaan anak-anak dan keluarganya. Siapa yang dapat mengajari seorang perempuan muslim, agar menjadi seorang muslimah yang shalihah, yang dapat menjadi pembimbing dan pendidik bagi anak-anaknya. Idealnya adalah tentu suaminya. Jika suaminya tidak memiliki kemampuan untuk hal tersebut? Tentunya diharapkan ia berguru kepada orang lain yang memiliki kemampuan untuk hal tersebut, mungkin ia akan menuntul ilmu kepada para ustadz yang mengajarkannya dalam majelis-majelis ta’lim. Dan inilah yang sekarang ini terjadi. Namun terkadang ditemui kendala, untuk hal-hal tertentu, ada kalanya sulit dan segan untuk dikemukakan kepada para ustadz. Kadang wanita-wanita itu malu bertanya kepada da’i laki-laki, sehingga dia menyembunyikan apa yang seharusnya dia tanyakan. Namun jika da’inya seorang perempuan, hal tersebut dapat diantisipasi, dia tidak merasa malu dengannya dan dapat menyampaikan apa yang perlu baginya serta hal itu lebih besar pengaruhnya.

Allah Swt, tidak membeda-bedakan kewajiban berdakwah, baik perempuan maupun laki-laki terkena kewajiban berdakwah kepada Allah dalam beramar ma’ruf nahyi mungkar. Diantara dalil dari Al-qur’an tentang hal itu adalah:

“Kaum mukminin dan mukminat, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (At-Taubah : 71)

“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan bagi manusia. Kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta kalian beriman kepada Allah.” (Ali Imron : 110)

Dari kedua ayat tersebut, Allah Swt secara umum memerintahkan setiap muslim, termasuk pula muslimah untuk untuk melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar, yang artinya turut ambil bagian dalam pergerakan dakwah Islam. Karena inilah inti dari makna dak’wah, mengajak manusia untuk kebaikan dan mencegah mereka dari kemunkaran. Dakwah sendiri berasal dâ’a, yang artinya mengajak manusia untuk berbuat kebaikan (ta’at kepada Allah) dan menjauhi kemungkaran (durhaka kepada Allah).

Kapan muslimah harus berdakwah?

Sebenarnya sejak zaman Rasulullah Saw, kaum muslimah sudah menjalankan peranannya dalam menyebarluaskan syiar Islam. Ummul Mukminin Aisyah r.a dikenal sebagai tokoh muslimah teladan yang dengan kedalaman ilmunya, sebagai hasil tarbiyah langsung dari suami sekaligus manusia yang paling utama, Rasulullah Saw. Beliau Aisyah r.a kerap menjadi sumber rujukan oleh para sahabat dan kaum muslimin saat itu. Bahkan dalam sejarah Islam beliau dikenal sebagai salah satu dari sahabat Rasulullah Saw. yang paling banyak meriwayatkan hadits.

Muslimah sholihah yang mampu berdakwah, tentunya setelah menyelesaikan segala haknya kepada suami dan anak-anaknya, maka selayaknya dia diminta untuk membimbing muslimah lainnya. Adanya da’i muslimah seperti ini di kalangan muslimah lainnya sering lebih bermanfaat dalam menyampaikan dakwah untuk mengajak kepada jalan yang benar.

Apa bekal muslimah dalam berdakwah?

Mungkin sebenarnya inilah yang menjadi kendala seorang muslimah untuk berdakwah. Tidak tahu dari mana mulainya, apa yang harus dilakukan, bekal apa yang harus disiapkan, sehingga belum apa-apa sudah mundur teratur alias mengatakan susah, tidak bisa, belum waktunya dsb, dsb. Tentu saja, berdakwah tidak semudah mengobrol atau diskusi. Seorang muslimah yang hendak berdakwah harus mempunyai bekal yang cukup, karena ia akan menyampaikan apa yang berasal dari Allah dan RasulNya. Nah beberapa tip di bawah ini mungkin bisa membantu para muslimah untuk mulai berdakwah.

  1. Iman yang teguh di hati
  2. Tawaqqal kepada Allah
  3. Berakhlak mulia
  4. Selalu berdzikir kepada Allah
  5. Memahami hakekat dakwah
  6. Profesional (niat,berilmu,beradab,strategi,methode,dan manajemen)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar