Senin, 14 Juni 2010

Menggali Potensi Muslimah


MENJADI seorang muslimah luar biasa, karena memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan demi kebaikan umat, dalam berbagai cara. Di tengah-tengah penderitaan berkepanjangan yang diderita umat Islam saat ini, baik muslim maupun muslimah berkewajiban menerjang tantangan dan membantu mengembalikan kejayaan yang pernah diraih Islam dan umatnya.

Begitu banyak pekerjaan yang harus dilakoni, dan jangan ada waktu yang disia-siakan. Bersama kaum laki-laki, wanita pun memiliki peran dalam menegakkan panji tauhid di atas muka bumi. Jika kita menoleh ke belakang, melongok sejarah Islam, maka kita akan mendapatkan berbagai fragmen yang menggambarkan sejumlah peran signifikan yang dijalani para muslimah. Peran tersebut masih akan terus dilakoni hingga saat ini, demi kemaslahatan masyarakat muslim. Di antaranya adalah:

... Bersama kaum laki-laki, wanita pun memiliki peran dalam menegakkan panji tauhid di atas muka bumi...

Sebagai ulama dan intelektual

Dalam Islam, wanita memiliki kemampuan untuk belajar dan unggul di berbagai disiplin keilmuan. Pengetahuan dan keilmuannya dapat dimanfaatkan untuk keuntungan umat yang secara partikular sangat membutuhkan intelektual dan ulama Islam wanita. Mereka sangat dibutuhkan untuk membimbing komunitas mereka. Maka sekaranglah saatnya untuk mengembalikan kejayaan keilmuan Islam di posisi superior, di saat banyak kalangan melihat dengan pandangan inferior terhadap studi Islam.

Teladan terbaik dalam hal ini, tentu saja, adalah Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Terdapat hikmah begitu besar di balik pernikahan dininya dengan Rasulullah. Selama hidup mendampingi Rasul, Aisyah banyak belajar dan menggali pengetahuan dari dua sumber penting Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya.

Dan selepas beliau wafat, Aisyah hidup 50 tahun lamanya; memberikan pengajaran dan pemahaman kepada siapa saja yang buta akan pengetahuan Islam. Sepeninggal Rasul, Aisyah menjadi referensi penting dan tempat bertanya bagi orang-orang. Selama 50 tahun itu pula –dengan penuh dedikasi— dia mengajarkan, mengisahkan, menasehati, dan membantu orang lain memahami Islam. ...Dalam Islam, wanita memiliki kemampuan untuk belajar dan unggul di berbagai disiplin keilmuan. Umat sangat membutuhkan intelektual dan ulama Islam wanita...

Tak hanya itu, dia menjadi salah satu dari empat orang sahabat yang melansir lebih dari dua ribu hadits Rasulullah. Tak terhitung lagi banyaknya sahabat yang mengambil keuntungan dari pengetahuan dan periwayat haditsnya. Di antaranya adalah Abu Musa Al-Asy’ari yang mengatakan, “Ketika kita, para sahabat Rasulullah, menghadapi setiap kesulitan dalam persoalan hadits, maka kita merujuk kepada Aisyah, dan dia pasti memiliki pengetahuan pasti tentangnya.” Tidak hanya piawai dalam hadits, Aisyah juga pakar dalam bidang hukum dan pengobatan.

Selain menjadi salah satu dari tiga istri Rasulullah yang hafal Al-Qur’an, Aisyah juga merupakan salah seorang pakar fikih mumpuni, pendidikan, dan seorang orator ulung. Secara umum, bersama para sahabat serta ulama lainnya, dia memainkan peran penting dalam memelihara dan mentransfer ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah kepada generasi selanjutnya.

Tak ayal, Aisyah memberikan teladan sempurna mengenai keberhasilan dan kontribusi yang dapat dilakukan seorang muslimah demi kedigdayaan umat. Jika demikian, rasanya sangat perlu untuk mendorong para muslimah menjadi “Aisyah” hari ini dan esok.

... Hukum Islam mengakui hak-hak ekonomi dan properti perempuan secara penuh, baik sebelum maupun sesudah pernikahan...

Sebagai dermawan dan filantropis

Hukum Islam mengakui hak-hak ekonomi dan properti perempuan secara penuh, baik sebelum maupun sesudah pernikahan. Mereka dibolehkan membeli, menjual, atau menyewakan properti mereka secara leluasa, dan menggunakan kesejahteraan mereka tanpa campur tangan siapa pun.

Atas alasan demikian, beberapa muslimah menjadi sangat makmur dan sejahtera. Sepanjang perjalanan sejarah, banyak muslimah yang telah menggunakan penghasilan dan pendapatannya untuk Islam dan kepentingan umatnya. Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah dan pengusaha wanita sukses, menjadi contoh terbaik dalam hal kedermawanan.

Dukungan Khadijah untuk Nabi Muhammad dibuktikan dengan banyak cara, termasuk dengan finansial. Dia memberikan porsi besar kekayaannya untuk menunjang misi beliau. Mengenai Khadijah, Rasulullah bersabda, “Dia beriman kepadaku tatkala orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya ketika kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa.” (Al-Bukhari dan Muslim).

Dan masih banyak lagi para muslimah filantropis (suka bederma/cinta kedermawanan) sepanjang sejarah Islam. Sebut saja beberapa nama: Fathimah Al-Fihriyyah (w. 880) yang menggunakan kekayaannya untuk membangun sebuah sekolah dan masjid di Qarawiyyin, Maroko. Masjid Qarawiyyin dan sekolahnya kemudian menjadi pusat studi Islam di Maroko selama lebih dari seribu tahun, dan kemudian menjadi universitas tertua di Maroko.

Kemudian ada Maryam binti Asy-Syam (w. 1313), Barakah binti Abdullah (w. 1372), Al-Udar Al-Karimah dari Yaman (w. 1360), dan Banafsha` Ar-Rumiyyah (w. 1008) yang telah merenovasi Baghdad, serta banyak lagi yang lainnya.

Serta banyak muslimah lainnya yang dikaruniai Allah kemampuan finansial lebih untuk memajukan umat dalam berbagai cara, mengikuti segenap teladan para pendahulu mereka. Di saat umat Islam hari ini sangat membutuhkan sekolah, masjid, pusat pelayanan sosial, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang mengimplementasikan ajaran-ajaran Islam purifikatif, maka keberadaan mereka menjadi sangat urgen.

Pun demikian, para muslimah berkewajiban menyadarkan para yunior mereka tentang nilai uang, dan urgensi dari mendonasikan kekayaan mereka di jalan Allah. Oleh sebab itu, rasanya sangat perlu untuk mendorong para muslimah menjadi “Khadijah” hari ini dan esok.

...Sekaranglah saatnya Muslimah memenuhi berbagai kemungkinan dan memberikan bantuan demi mengembalikan Islam ke posisinya yang terhormat...

Kedua contoh di atas hanya segelintir peran yang bisa diambil para muslimah di setiap komunitas mereka, sebagaimana dilakukan generasi terdahulu sepanjang lintasan sejarah Islam. Bahkan banyak dari mereka yang menjadi dokter, pekerja sosial, intelektual, pendidik, dan lain sebagainya. Mereka turut andil dalam membersihkan debu-debu dari ‘wajah’ syariat Islam. Mereka telah mengerahkan upaya mereka dalam memajukan peradaban Islam, sembari tidak lupa untuk terus menjaga prinsip-prinsip Islam seperti kesederhanaan, memelihara martabat dan harga diri.

Ya, para muslimah memiliki potensi yang luar biasa. Sekaranglah saatnya untuk memenuhi berbagai kemungkinan dan memberikan bantuan demi mengembalikan Islam ke posisinya yang terhormat dalam konstelasi bangsa-bangsa. Dengan catatan, aktivitas, perjuangan, dan aktualisasi diri tetap dilakukan dalam koridor syariat Islam. [ganna pryadha/voa-islam.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar