Minggu, 20 Juni 2010

Mengapa Kita Membaca AlQuran Meskipun Tidak Mengerti Satupun Artinya?


Bahasan kita kali ini agak berbeda dari biasanya, tenang saja justru inilah sesuatu yang baru bisa bikin adem di ati, aku pingin ngajak kalian jalan2 ke lembah-lembah hati

Nie artikelnya


Seorang muslim tua Amerika tinggal di sebuah perkebunan/area di sebelah timur Pegunungan Kentucky bersama cucu laki-lakinya. Setiap pagi Sang kakek bangun pagi dan duduk dekat perapian membaca Al-qur’an. Sang cucu ingin menjadi seperti kakeknya dan memcoba menirunya seperti yang disaksikannya setiap hari.Suatu hari ia bertanya pada kakeknya : “ Kakek, aku coba membaca Al-Qur’an sepertimu tapi aku tak bisa memahaminya, dan walaupun ada sedikit yang aku pahami segera aku lupa begitu aku selesai membaca dan menutupnya. Jadi apa gunanya membaca Al-quran jika tak memahami artinya ?Sang kakek dengan tenang sambil meletakkan batu-batu di perapian, memjawab pertanyaan sang cucu : “Cobalah ambil sebuah keranjang batu ini dan bawa ke sungai, dan bawakan aku kembali dengan sekeranjang air.”Anak itu mengerjakan seperti yang diperintahkan kakeknya, tetapi semua air yang dibawa habis sebelum dia sampai di rumah. Kakeknya tertawa dan berkata, “Kamu harus berusaha lebih cepat lain kali “.Kakek itu meminta cucunya untuk kembali ke sungai bersama keranjangnya untuk mencoba lagi. Kali ini anak itu berlari lebih cepat, tapi lagi-lagi keranjangnya kosong sebelum sampai di rumah.Dengan terengah-engah dia mengatakan kepada kakeknya, tidak mungkin membawa sekeranjang air dan dia pergi untuk mencari sebuah ember untuk mengganti keranjangnya.Kakeknya mengatakan : ”Aku tidak ingin seember air, aku ingin sekeranjang air. Kamu harus mencoba lagi lebih keras. ” dan dia pergi ke luar untuk menyaksikan cucunya mencoba lagi. Pada saat itu, anak itu tahu bahwa hal ini tidak mungkin, tapi dia ingin menunjukkan kepada kakeknya bahwa meskipun dia berlari secepat mungkin, air tetap akan habis sebelum sampai di rumah. Anak itu kembali mengambil / mencelupkan keranjangnya ke sungai dan kemudian berusaha berlari secepat mungkin, tapi ketika sampai di depan kakeknya, keranjang itu kosong lagi. Dengan terengah-engah, ia berkata : ”Kakek, ini tidak ada gunanya. Sia-sia saja”.Sang kakek menjawab : ”Nak, mengapa kamu berpikir ini tak ada gunanya?. Coba lihat dan perhatikan baik-baik keranjang itu .”Anak itu memperhatikan keranjangnya dan baru ia menyadari bahwa keranjangnya nampak sangat berbeda. Keranjang itu telah berubah dari sebuah keranjang batu yang kotor, dan sekarang menjadi sebuah keranjang yang bersih, luar dan dalam. ” Cucuku, apa yang terjadi ketika kamu membaca Qur’an ? Boleh jadi kamu tidak mengerti ataupun tak memahami sama sekali, tapi ketika kamu membacanya, tanpa kamu menyadari kamu akan berubah, luar dan dalam.

Riset: Bernyanyilah Agar Sehat


Studi telah menunjukkan peningkatan kekebalan tubuh para penyanyi. Nah itu baru menyanyi, bayangkan jika diganti mengaji…Hidayatullah.com--Seorang penyanyi sebuah pertunjukan pernah menyatakan bahwa sebaiknya seseorang menjiwai lagu ketika berjalan. “Suatu malam saya pernah menyaksikan ketika keluar dari Gedung Steinway, New York City yang berhadapan dengan Carnegie Hall.Di bawah kanopi jendela, empat orang asyik menyanyikan lagu kuartet ciptaan Mozart, Requiem. Mereka tak menyediakan tempat koin. Seolah-olah berada di dunianya sendiri, tak terpengaruh oleh lingkungan jalan, hujan yang turun serta lalu lalang pejalan kaki, mungkin mereka tidak menyadari hal tersebut baik bagi kekebalan tubuh mereka sendiri.”Beberapa kelompok menekankan bahwa tak perlu memiliki “suara penyanyi” atau tidak fals. Bernyanyi dalam kelompok cenderung lebih menyenangkan, lebih serasi dan lebih teratur, tetapi ada kalanya mereka hanya ingin bernyanyi bersama teman atau bersenandung diiringi radio.Setidaknya dua studi telah menunjukkan peningkatan kekebalan tubuh para penyanyi. Satu studi menunjukkan peningkatan dalam immunoglo-bulin A (IgA, antibodi) dalam darah setelah latihan paduan suara. Sebuah kelompok paduan suara di Frankfurt, Jerman, menjalani tes darah sebelum dan sesudah latihan “Requiem” Mozart. Tingkat hidrokortisol mereka meningkat, mengindikasikan suasana hati yang lebih tenang.Seminggu sesudahnya, anggota paduan suara tersebut menjalani beberapa tes lagi sebelum dan sesudah mendengarkan rekaman Requiem, namun sistem kekebalan tubuhnya tidak bereaksi.Studi lain dilakukan University of California Irvine, menguji air liur anggota paduan suara sebelum dan sesudah pementasan gladi bersih “Missa Solemnis”-nya Beethoven. Peningkatan ditemukan pada sekresi immunoglobulin A (S-IgA), indikator kekebalan tubuh lain dan penurunan kortisol.Menurut studi tersebut, anggota paduan suara digambarkan mengalami performa “pengalaman puncak selama pementasan... kegelisahan, pemain memiliki perasaan penting akan kegembiraan, perubahan suasana hati, relaksasi, konsentrasi musikal, kepuasan dan penurunan stres.”The Senior Singers Chorale di Arlington, AS, adalah bagian dari program seni yang diorganisasi oleh psikiater geriatri usia lanjut, Gene Cohen, dari Washington University dan Jeanne Kelley yang mempelajari dampak aktivitas dan kreativitas pada senior. Penyanyinya berusia antara 55-97 tahun, yang diketahui mengalami penurunan depresi, lebih jarang mengunjungi dokter dan lebih sedikit menjalani pengobatan.Penyanyi dilatih oleh musisi profesional, dan pentas di sekitar Washington dan berbagai negara bagian AS. Siapapun yang berusia 55 tahun atau lebih dapat bergabung, dan tidak ada audisi. Larut dalam lagu pada masa susah ini tampaknya sangat alami, meskipun kita memerlukan otak kiri untuk menjelaskan mengapa. Bernyanyi, seperti melukis, adalah pintu gerbang ke otak kanan. Anak-anak belajar melalui lagu dan orang dewasa yang mengalami stroke pada otak kiri melakukan pelajaran ulang melalui nyanyian.Menyanyi dinilai dapat mengekspresikan emosi positif kita tentang pujian, romantika atau harapan dengan indah. Nah, bayangkan, itu baru manfaat bernyanyi, apalagi manfaat mengaji. [tet/er/hidayatullah.com]

Senin, 14 Juni 2010

Untuk Perempuan Super Sibuk: Sukses Di Kantor, Sukses di Rumah

ilustrasiilustrasi

Seorang ibu rumah tangga kadang kesulitan untuk membagi waktu untuk mengurusi semua urusan rumah dan keluarganya. Apalagi perempuan yang memilih berkarir, kesulitan mereka untuk menyeimbangkan peranannya sebagai pekerja di kantor dengan perannya sebagai ibu rumah tangga, jadi berlipat ganda. Tapi itulah tantangan bagi perempuan karir sekaligus ibu rumah tangga. Mereka harus bisa membagi waktunya antara bekerja di luar rumah dengan keluarganya di rumah.

Kesulitan membagi waktu ini menjadi kerap menjadi keluhan utama para perempuan karir. Tapi sebenarnya, jika mereka jeli, kesulitan menyeimbangkan peran itu terkadang datang dari mereka sendiri yang tanpa disadari kadang telah banyak membuang waktu-waktu berharga mereka. Untuk menghindari hal tersebut, Anisa Abeytia, seorang perempuan karir, penulis lepas dan spesialis di bidang kesehatan intregratif asal Uni Emirat Arab ini memberikan tips-tips bagi para perempuan karir maupun ibu rumah tangga agar lebih efektif menggunakan waktunya sehingga bisa menyeimbangkan semua kewajiban yang harus dipenuhinya.

Tips yang diberikan Abeytia berdasarkan pengalamannya sebagai ibu yang bekerja di luar rumah, mengurus empat anak dan menerapkan program homeschooling buat anak-anaknya serta masih harus bolak-balik ke kampus untuk menyelesaikan studi masternya. Tak terbayangkan betapa sibuknya ia harus membagi waktu agar tidak ada yang terbengkalai. Nah, inilah kiat-kiat yang diberikannya untuk para ibu yang juga super sibuk;

Membuat perencanaan. Sebaiknya ketika akan melakukan sesuatu, kita membuat perencanaan yang matang. Meski kadang hasilnya masih meleset dari yang kita harapkan. Tapi dengan membuat perencanaan, setidaknya kita tahu apa yang kita inginkan, bagaimanan mencapainya dan apa yang penting buat kita.

Tidak melibatkan anak-anak dalam banyak kegiatan di luar rumah. Banyak orang yang menjejalkan anak-anaknya dengan segudang kegiatan yang akhirnya banyak menyita waktu sang ibu hanya untuk mengatarkan anak-anaknya dari satu tempat kegiatan ke tempat kegiatan lainnya. Orang tua boleh-boleh saja memberikan banyak kesempatan pada anak-anaknya untuk mempelajari apa saja. Tapi tidak perlu berlebihan karena banyak kegiatan akan membuat ibu dan anak sama-sama lelah, anak juga jadi belajar tidak konsisten dan tidak benar-benar menguasai satu bidang karena terlalu banyak yang dilakukannya.

Jangan terlalu banyak perabot di rumah. Benda-benda yang ada di rumah kita harus selalu dalam keadaan rapih dan bersih dan itu artinya, semakin banyak perabotan di rumah, makin banyak pula waktu yang dibutuhkan untuk membersihkan dan merapikannya. Akan lebih baik jika perabot rumah tangga tidak terlalu banyak dan dipilih yang simpel saja, sehingga tidak buang-buang waktu ketika mengurusnya.

Menata rumah dengan benar . Kita kadang tidak menempatkan sesuatu pada tempatnya sehingga ketika membutuhkan, butuh waktu lama untuk mencarinya. Disinilah pentingnya pengorganisasian, menempatkan benda-benda dalam rumah dengan benar dan seluruh anggota keluarga tahu kemana mereka harus mencari benda-benda yang dibutuhkannya termasuk masalah penggunaan telepon, internet dan televisi bisa menyebabkan banyak masalah jika penggunaannya tidak bijaksana.

Menetapkan tujuan yang realistis. Menentukan tujuan yang realistis memang bukan pekerjaan yang gampang. Tapi setiap tujuan harus sangat spesifik dan memberikan bimbingan pada kita tentang bagaimana, kapan dan berapa banyak atas kegiatan-kegiatan yang akan kita lakukan.

Menetapkan prioritas. Agar waktu tidak terbuang percuma, ada baiknya menentukan prioriotas apa yang penting buat kita dan mengapa sesuatu itu penting. Usahakan semua perencanaan per hari, per minggu atau perbulan dibuat dalam bentuk tertulis. Dengan mencatat semua rencana, tujuan, prioritas, waktu yang digunakan lebih efesien.

Pentingnya waktu untuk menyendiri. Setiap orang butuh saat-saat dimana ia bisa relax dan menyegarkan kembali pikirannya. Misalnya, membaca buku, mandi, berbagi makanan dengan teman-teman atau melakukan aktivitas yang sangat kita sukai. Jika tubuh dan pikiran tidak diberi kesempatan untuk relax, bisa menimbulkan resiko kelelahan dan sakit.

ilustrasiilustrasi

Allah Swt menyukai tindakan kecil yang kita lakukan tapi konsisten. Daripada banyak hal yang dikerjakan tapi tidak konsisten mengerjakannya secara rutin. Konsistensi membuat sebuah kegiatan menjadi lebih mudah dan efektif serta bisa menyentuh semua aspek kehidupan. Kita tidak perlu membuang-buang waktu, uang dan tenaga hanya untuk meraih tujuan-tujua kita jika konsisten dengan tindakan kita.

Kesimpulannya, kunci keberhasilan seorang perempuan berkarir atau ibu rumah tangga adalah mampu menyeimbangkan antara pekerjaannya dengan waktu untuk keluarganya. Untuk itu yang terpenting adalah selalu membuat perencanaan, tahu prioritas apa yang akan dilakukan dan apa tujuan yang akan dicapai. Jika dibiasakan, ketiga unsur tadi akan menjadi sebuah sistem Anda dalam bekerja. Sehingga tidak perlu dipusingkan lagi dengan keluhan antara karir dan rumah tangga. (ln/iol)

Ibu, Pendidik Pertama dan Utama

Begitu besar peran seorang ibu dalam mendidik anak-anaknya, maka tidak dapat dipungkiri bahwa ibu adalah madrasah yang pertama. Seorang Kartini pun mengakui hal itu, yang diutarakan lewat sebuah surat kepada Prof. Anton dan istrinya : “Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan itu menjadi saingan laki-laki dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum wanita, agar wanita lebih cakap melakukan kewajibannya, kewajiban yang diserahkan alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902].

Derajat seorang ibu sebanyak tiga kali dibanding ayah. Seperti dalam hadist diriwayatkan : Seseorang datang menghadap Rasulullah saw. seraya bertanya, “Wahai Rasulullah, siapakah manusia yang paling berhak untuk saya pergauli dengan baik” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Lagi-lagi beliau menjawab, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Baru beliau menjawab, “Bapakmu” (H.R. Ahmad dan Abu Dawud). Sungguh mulia seorang ibu, sampai Rasulullah memerintahkan kita menghormati ibu sebelum ayah, kenapa ? Karena begitu banyak hal yang sudah dilakukan oleh seorang ibu, seperti mengandung, menyusui dan mengasuh. Bukan berarti peranan seorang ayah diabaikan, ayah pun memiliki peranan yang tidak kalah penting. Tetapi peranan ibu sungguh sangat dominan.

Proses pendidikan yang diberikan oleh seorang ibu sudah dilakukan sejak sang bayi masih dalam kandungan. Seorang ibu yang terbiasa mendengar murottal (tilawah AL-Qur’an) insya Allah hal tersebut dapat didengar oleh sang bayi. Emosional dan watak seorang ibu pun dapat ditularkan melalui perilaku seorang ibu selama mengandung dan mengasuh. Dalam sebuah penelitian, bagi seorang ibu yang mengandung selalu memiliki perasaan ingin marah-marah maka sang anak pun kelak besar nanti akan memiliki penyakit jantung. Wallahu’alam.

Air Susu Ibu (ASI) yang diberikan kepada sang anak pun memiliki peranan yang sangat penting sebagai imunitas dan kecerdasan otak sang anak. Pendidikan pun dapat diberikan dengan kontak mata yang terjadi antara ibu dan anak. Setiap saat, dimanapun dan kapanpun proses pendidikan tersebut dapat dilakukan. Seorang ibu memiliki tanggung jawab besar dalam menciptakan generasi muda yang kreatif, inovatif, prestatif, edukatif dan produktif. Adalah sebuah mimpi hal itu terwujud jika tidak dilukis oleh tangan-tangan lembut seorang ibu. Dan untuk mewujudkannya, tidak lain hanyalah melalui wanita sholihah yang berilmu, berakal dan bertaqwa yang dapat melakukannya. Ulama besar mengatakan, bahwa wanita (khususnya seorang ibu) menjadi barometer baik buruknya sebuah masyarakat. Rusaknya akhlaq wanita merupakan mata rantai yang saling bersambungan dengan kenakalan remaja, rapuhnya keluarga dan kerusakan masyarakat.

Dengan fokus tinggal di rumah, seorang ibu dapat lebih optimal dalam mendidik anak-anak. Waktu bersama anak-anak pun otomatis lebih banyak. Disini bukan berarti sang ibu terkukung dan tidak memiliki kebebasan dalam mengapresiasikan diri. Justru di sinilah ladang amal seorang ibu, suatu saat nanti ibu lah yang akan menuai hasilnya. Bagi seorang ibu pekerja sekalipun, saya yakin hati dan pikirannya tetap tertuju pada sang anak. Kebanyakan dari mereka sepulang dari bekerja tidak akan langsung istirahat, tetapi mengurusi kebutuhan sang anak menjelang tidur atau kebutuhan untuk esok hari. Itulah fitrah seorang wanita yang memiliki peran seorang ibu. Setinggi apapun jabatan dan sebesar apapun penghormatan orang lain kepadanya, ibu adalah ibu. Amanah beliau lebih besar berada di rumah. Amanah yang diberikan langsung oleh Allah SWT, yang kelak akan diminta pertanggungjawaban di yaumil hisab.

Selain daripada itu, memiliki keahlian yang bermanfaat dalam bidang tertentu penting juga bagi seorang ibu untuk memperoleh penghasilan dan menjadi sarana memperbanyak amal saleh untuk dapat dimanfaatkan kapan saja, sebagaimana yang ditulis Abdul Halim Abu Syuqqah dalam bukunya “Kebebasan Wanita”, akan pentingnya menyediakan pendidikan yang cocok bagi wanita dengan dua tujuan khusus, yaitu agar memiliki kemampuan untuk mengurus rumah tangga dan anak-anak serta menguasai keahlian tertentu yang dapat dimanfaatkan kapan saja.

Karena begitu besar amanah yang diemban seorang ibu, maka bukan suatu hal yang berlebihan jika Allah SWT menempatkan posisi ibu menjadi posisi yang teramat mulia. Sehingga menjadi sebuah penghormatan yang begitu tinggi jika dikatakan surga berada di bawah telapak kaki ibu. Seperti diriwayatkan dalam sebuah kisah : Suatu ketika ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah Saw meminta izin untuk ikut andil berjihad bersama Rasulullah Saw, maka beliau bertanya, “Adakah engkau masih memiliki ibu?”. Orang itu menjawab, “Ya, Masih. ” Kemudian beliau bersabda, “Bersungguh-sungguhlah dalam berbakti kepada ibumu. Karena sesungguhnya surga itu berada di bawah kedua kakinya”. Wallahu’alam.

Profil Penulis:
Aismawati ; Karyawan Swasta
Email : ais_saura@yahoo.com

Kepemimpinan Perempuan, Mengapa Tidak ?

Akhir-akhir ini, banyak kaum wanita yang mempertanyakan hak-hak mereka dalam hal kepemimpinan. Sehingga banyak kaum wanita yang melakukan tindakan untuk mendapatkan kembali suara mereka di tengah masyarakat atas dasar klaim bahwa juga mampu memimpin di masyarakat.

Sepanjang sejarah Islam, banyak kaum wanita yang menjadi cendikiawan, ahli hukum dan secara tidak langsung bisa disebut sebagai pemimpin. Harus diakui bahwa sebagian muslimah kehilangan hak suara mereka dan kesempatan untuk menunjukkan kemampuan mereka untuk memenuhi hasrat yang telah dianugerahkan Allah Swt .

Tradisi Islam yang kaya dengan keterlibatan wanita . Seorang Muslimah yang memegang teguh ajaran Islam sudah pasti memahami bahwa laki-laki dan wanita memiliki peran yang saling melengkapi yang sudah ditetapkan oleh Allah dan Allah memberikan kesempatan yang sama bagi laki-laki dan wanita untuk mencapai tujuan akhir dari kehidupan mereka yaitu kehidupan abadi di akhirat.

Dalam Alquran, Allah menetapkan bahwa kesalehan dan bukan gender yang dijadikan pertimbangan utama dalam menentukan siapa yang terbaik di mata-Nya. Lebih jauh lagi, kaum Muslimah selayaknya meyakini bahwa Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Adil menetapkan bahwa di dalam Islam manusia yang mulia disisi Allah adalah mereka yang paling bertakwa.

Sebaliknya, dengan perbedaan-perbedaan antara kaum lelaki dan wanita, Allah menyatakan bahwa kedudukan lelaki dan wanita sama di sisi Allah. Kemitraan dalam hal bahwa pihak-pihak yang terkait dapat melakukan hal-hal yang berbeda dengan tanggung jawab yang berbeda, untuk mencapai tujuan yang sama yaitu mendapatkan ridho Allah Ta'ala.

Wanita harus memperjuangkan hak akan keadilan yang sudah dijamin oleh Allah untuk mereka, tetapi semua itu harus dilakukan dalam parameter yang ditetapkan oleh Allah. Kaum wanita tidak bisa berambisi mendapatkan kekuasaan dengan bercita-cita ingin memegang peran yang sama dengan laki-laki. Hak akan keadilan ini maksudnya, para Muslimah memiliki hak ilahi dan harus diberi kesempatan yang sama memainkan peran dan menunjukkan kemampuan mereka di jalan Allah.

Memperjuangkan hak akan keadilan bukan berarti seseorang harus menjadi seperti orang lain, tetapi sebuah proses untuk mencapai kepuasan dalam menunjukkan potensi diri. Dari sinilah seorang laki-laki maupun wanita akan menemukan kebebasan sejatinya.

Jika kaum wanita sudah bisa memahami posisinya dan memahami hak akan keadilan yang diperjuangkannya, barulah orang akan mendengar suara wainta dan secara alamiah bakat kepemimpinan seorang wanita akan terlihat. Yang lebih penting lagi, mereka akan mendapat tempat di sisi Allah.

Bercermin pada Kaum Perempuan di Jaman Rasulullah Saw

Para muslimah masa kini memang harus lebih berhati-hati untuk merebut kembali keadilan yang pernah digenggam kaum perempuan di masa keemasan Islam. Ketika itu, peran perempuan dianggap penting dimana mereka biasa aktif sebagai anggota masyarakat tanpa adanya tekanan.

Kaum muslimah tentu tidak ingin menjadi "progresif" jika itu berarti kehilangan prinsip-prinsip agama yang dianutnya. Pada saat yang sama para Muslimah perlu bersikap kritis dalam menyikapi berbagai hambatan dalam masyarakat .

Kesimpulannya, Allah Swt akan meminta pertanggungjawaban jika terjadi ketidakadilan terhadap kaum wanita. Ketika seorang muslimah ingin bergerak maju, ia tidak boleh melangkahi kodratnya.

Sejarah Islam mencatat nama-nama besar para Muslimah di zaman Rasulullah Saw yang telah memberikan kontribusi pentingnya dalam dakwah IslaM. Mereka antara lain `Aisyah. Beliau adalah seorang penyair dan dikenal pandai dan cerdas soal hadis, tafsir Al-Qur'an dan beliau juga dikenal sebagai ahli hukum, pemimpin, penengah, guru serta banyak peran lainnya.

Asma binti Abu Bakar. Beliau memainkan peran penting dalam membantu Rasulullah Muhammad Saw dan Abu Bakar saat hijrah dan beliau juga berperan besar dalam karir `Abdullah bin Az - Zubair ketika melawan penindasan Bani Umayyah.

Fatimah yang bekerja dan mencari nafkah untuk keluarganya dan disebut-sebut sebagai salah satu wanita teladan.

Khadijah. Beliau adalah perempuan pertama yang masuk Islam dan memberi dukungan penuh kepada dakwah Islam.

Khawlah binti Tha'labah. Perempuan yang keluhannya didengar Allah dan jawabannya diabadikan dalam Surat Al-Mujadilah.

Hafshah. Orang yang menyimpan dan melindungi Al-Quran setelah dikompilasi. Para pemimpin ketika itu bahkan harus meminta ijin pada Hafshah jika ingin melihat Al-Quran itu. Hafshah adalah salah satu istri Rasulullah Saw yang hafal Al-Qur'an secara keseluruhan.

Nusaybah. Beliau melindungi Rasululullah Saw saat Perang Uhud. Perempuan ini mengalami sekitar 12 luka tusuk akibat perang. Salah satunya luka dalam di lehernya akibat tusukan pedang yang memakan waktu satu tahun untuk menyembuhkanya.

Rufaidah. Disebut-sebut sebagai perawat pertama yang membuka sebuah klinik untuk merawat orang-orang mengalami luka.

Saffiyah. Ia melindungi perempuan dan anak-anak Madinah dari seorang penyerang dan berhasil membunuh penyerang itu.

Summayah. Perempuan pertama yang rela mati demi agama Islam

Ummu Haram binti Milhaan. Dia meminta Rasulullah Saw berdoa agar dia berada di antara mereka yang akan melakukan perjalanan dengan kapal untuk menyebarkan dakwah Islam.

Ummu Waraqah. Dia pernah ditugaskan sebagai muazin dan diberi gelar syahida. Rasulullah Saw mengatakan bahwa ia akan mati sebagai martir.

Di jaman sekarang, rasanya sulit mencari sosok wanita yang sekaliber kaum perempuan di jaman Rasulullah terutama keikutsertaan mereka dalam menegakkan agama Allah.

Saat ini, lebih banyak kaum perempuan yang meributkan soal persamaan kedudukan dengan kaum lelaki untuk hal-hal yang sifatnya lebih duniawi, termasuk segelintir Muslimah. Lantas mau kemana kaum wanita ini? (iol/Jeewan Chanicka, aktivis perempuan di bidang kepemudaan, pendidikan dan sosial di Kanada.)

Wahai Perempuan, Akrablah dengan Al-Quran

Kitab suci Al-Quran terbukti sebagai sebuah mukjizat yang tidak pernah lekang oleh waktu. Selama 14 abad lebih keberadaan Al-Quran, tak satu pun huruf di dalamnya berubah. Ratusan ribu Muslim menghafal dan menelihara bacaan-bacaan Qur-an dalam hati mereka. Al-Quran juga berisi fakta-fakta ilmiah menakjubkan, yang kebenarannya terbukti kemudian. Dan Allah Swt berjanji untuk melindungi dan menjaga kemurnian Al-Quran dalam firmanNya;

"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya." (QS.Al-Hijr :9)

Ayat-ayat Al-Quran ditulis dalam bahasa yang indah dan puitis. Lebih dari itu, salah satu bukti keajaiban Al-Quran adalah bagaimana kitab yang mulia itu mampu mengubah seseorang yang membacanya, memahaminya dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang suka membaca dan memahami dan mempelajari tafsir Al-Quran biasanya dibarengi dengan perubahan yang baik dalam gaya hidupnya, kebiasaan, peribadahan, hubungannya dengan orang lain dan kehidupan spritualnya.

Dalam kaitannya dengan kaum perempuan, Al-Quran memberikan pengaruh yang besar. Yang utama adalah untuk lebih menguatkan keimanan akan keesaan Allah Swt sehingga mereka terhindar dari penyakit hari dan perbuatan syirik sesuai yang tersebut dalam firmanNya;

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun." (QS. An-Nisaa' :36)

Seorang perempuan yang sering membaca Al-Quran tidak mudah silau dengan gemerlapnya dunia. Sudah menjadi kecenderungan kaum perempuan menyukai harta benda, perhiasan bagus, sepatu dan pakaian indah dan barang-barang mewah lainnya dan kadang sangat khawatir dengan penampilan fisiknya, sehingga bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mempercantik diri. Jika tidak waspada, hal-hal semacam itu akan membuat tergelincir menjadi pecinta dunia dan tidak menempatkan cinta pada Allah Swt sebagai cintanya yang utama. Semuanya itu tidak akan terjadi jika perempuan yang bersangkutan mengetahui ajaran-ajaran dalam Al-Quran.

Al-Quran juga membuat seorang perempuan untuk selalu menjaga kebersihan dan kesucian dirinya, yang akan berdampak pada kehidupan keluarga dan rumahnya. Sehingga seorang perempuan yang selalu membaca Al-Quran akan menghindari kehidupan yang bebas tanpa batasan, menghindari pamer kemewahan, menghindari gaya hidup boros dan sangat peduli untuk menjaga kebersihan dirinya dan lingkungannya seperti firman Allah Swt dalam Surat Al-Bqarah ayat 222;

"Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri."

Pengetahuan akan isi Al-Quran juga menjaga seorang perempuan dari kebiasaan memanfaatkan waktu dengan melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat, seperti jalan-jalan ke mall hanya untuk melihat-lihat barang di etalase, membeli barang-barang sebenarnya tidak diperlukan, nonton sinetron dan acara gosip di televisi, ngobrol berjam-jam di telepon, menghadiri pesta-pesta mewah untuk menaikkan gengsi dan kegiatan tak berguna lainnya.

Seorang perempuan yang suka membaca Al-Quran sangat paham bahwa waktu sangat berharga dan harus diisi dengan aktivitas yang bernilai pahala, seperti menghadiri pengajian, menuntut ilmu atau membaca buku-buku yang bermanfaat. Pada akhirnya, Al-Quran akan menyelamatkan perempuan dari berbagai penyakit sosial.

Para muslimah yang memiliki bekal pengetahuan tentang Al-Quran akan menyebarkan pengetahuannya itu pada orang lain, pada keluarga dan masyarakat lewat interaksinya dalam berbagai kegiatan sosial. Para muslimah itu menjadi pelopor terbentuknya sebuah keluarga yang kuat karakter islamnya, yang pada akhirnya akan berpengaruh pada pembentukan masyarakat yang islami.

Semakin seorang perempuan mempelajari Al-Quran, ia makin sadar bagaimana harus bertatakrama sebagai seorang muslimah. Ia sadar untuk menutup auratnya dan memilih busana yang dikenakannya dan bagaimanan ia harus merias diri. Ia tahu bagaimana berbicara dengan laki-laki yang bukan muhrimnya atau sekedar melontarkan humor dalam pergaulan sehari-hari.

"Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya." (QS. Al-Ahzab:33)

Pemahaman yang dalam akan isi Al-Quran membuat seorang muslimah makin meningkat ketaqwaannya pada Allah Swt. Ketaqwaan inilah yang mendasari hubungan antar sesama dimana ia menjadi lebih sabar, toleran, memahami kekurangan orang lain dan bersikap lebih baik dibandingkan mereka yang tidak tidak mengerti kandungan Al-Quran. Seorang muslimah yang mempelajari Al-Quran juga tahu bagaimana ia harus memperlakukan orang-orang tua, suami bahkan anak-anak mereka sesuai tuntunan Allah Swt.

Lebih jauh lagi, Al-Quran memberikan kedamaian di hati bagi mereka yang membacanya maupun yang mempelajarinya. Allah Swt berfirman;

"Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Rabbmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman." (Surat Yunus:57)

Tetapi berkah Al-Quran yang terbesar yang diberikan pada para muslimah adalah hati yang dipenuhi dengan rasa cinta pada Allah Swt. Hati yang penuh cinta pada Allah semata bebas dari rasa kebencian, dendam, iri hati dan tidak mengenal putus asa dan selalu berharap akan rahmat Allah Swt dalam kondisi susah maupun senang.

Jika Al-Quran sudah memberikan dampak kebaikan yang begitu besar pada kehidupan kaum perempuan, sudah kita membaca dan mengenal kandungan Al-Quran? (ln/iol)

Etika Bergaul Seorang Muslimah


Bukan dari tulang ubun ia diciptakan sehingga lupa akan pujian, bukan juga dari tulang kaki karena khawatir akan diinjak dan direndahkan. Melainkan ia diciptakan dari tulang rusuk, dekat dengan dada untuk dilindungi dan dekat dengan hati untuk dicintai.

Akhwat beda dengan ikhwan. Dalam menjalankan aktivitas pun sangat berbeda. Tapi hukum syara’ memandang sejajar antara ikhwan dan akhwat. "Dan Sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan," (QS Al Isra ; 70)

Karena saya akhwat, pastinya saya akan membahas aktivitas akhwat batasannya seperti apa saja. Kadang, jika saya melihat dan menilai, secara tidak sengaja telah terjadi pelanggaran hukum syara'. Biasanya, di kalangan akhwat terjadi pelanggaran hukum syara’ dalam konteks ijtima’l atau pergaualan dengan lawan jenis. karena mereka belum memahami aktivitas mana saja yang termasuk hayatul khas dan hayatul ‘aam. Di kalangan ikhwan pun terkadang ada pelanggaran hukum syara’ karena sikap yang kurang tegas dan kurang mengetahui batasan aktivitas akhwat itu seperti apa saja, dalam konteks hubungan demi maslahat masing-masing yang sesuai dengan hukum syara’ dan selanjutnya karena godaan Syetan..

Apa yang akan saya paparkan adalah aktivitas akhwat dalam konteks hubungan interpersonal dengan ikhwan / ijtima’I:

1.Hayatul ‘Aam

Hayatul ‘aam atau kehidupan umum bagi akhwat adalah seputar kehidupan yang menyangkut perkara pendidikan, mu’amalah, kesehatan. Hayatul ‘aam, bagi akhwat, maknanya bahwa ia boleh bercerita tentang ketiga perkara tadi, selebihnya tidak boleh karena sudah menyangkut hayatul khas..

Bagi ikhwan manapun hanya cukup untuk mengetahui ”hayatul ’aam” kehidupan umum-nya saja, seperti contoh diatas ; pendidikan, tempat tinggal, hobi, aktivitas di lembaga dll. Sedangkan hayatul khas, sudah sangat privasi sekali yang menyangkut kehidupan pribadi (keadaan keluarga, keadaan dirinya) di luar itu konteksnya sudah hayatul khas.

Bagi akhwat tidak boleh menceritakan hal-hal pribadi pada ajnaby (orang asing). Akhwat boleh menceritakan hal-hal terkait pribadinya jika ia telah dikhitbah untuk lanjut ke jenjang pernikahan.

Dan ketika berinteraksi dengan lawan jenis akhwat diharapkan bertindak dan berbicara seperlunya saja, tegas dan jelas. Dalam aktivitas yang berkaitan dengan lawan jenis, seorang akhwat seringkali mudah melakukan pelanggaran. Mungkin karena secara psikologis akhwat memiliki karater ingin diperhatikan atau malah kadang cari perhatian agar bisa berinteraksi dengan lawan jenis, apalagi kalau sudah menyangkut "masalah hati."

Tapi berinteraksi dengan ikhwan dalam konteks mendiskusikan ilmu, menurut saya ini dibolehkan, tapi, ada beberapa hal kita sendiri bisa menjaminnya sesuai dengan perkataan Rasulullah Saw, "Jika kalian tidak memiliki rasa malu maka bertindaklah sesuka kalian."

Yang dimaksud hal-hal yang kita harus bisa menjaminnya adalah kemungkinan timbulnya fitnah. Mungkin kita bisa berdalih dengan mengatakan "Saya dengan dia cuma teman, hanya sebatas sharing ilmu." Tapi saya berpendapat sebaiknya dicari "aman" nya saja, karena fitnah itu diibaratkan mencemarkan dan menjatuhkan kehormatan seorang akhwat dan manjaga ’iffah / kehormatan itu wajib hukumnya.

Mubah hukumnya untuk berinteraksi dengan ikhwan dalam masalah ilmu, kareka khawatir seorang akhwat akan menceritakan sesuatu yang masuk dalam wilayah khas, sehingga yang mubah menjerumuskan ke haram.

Bagaimana dengan diskusi di forum internet atau milis? Menurut saya, dalam wilayah ini sifatnya lebih 'aam karena diketahui banyak orang pembahasannya pun seputar perkara yang dibolehkan. Dalam hal ini saya ingin mengutip perkataan Abu Bakar, "Berhati-hatilah dalam bertindak karena dari hati-hati tadi memberikan manfaat bagimu."

2.Hayatul khas

Hayatul khas atau kehidupan khusus adalah perkara seputar pribadi dan ini hanya boleh di ketahui oleh keluarga ‘mahram’ dan sesama kaum perempuan dalam lingkungan kita. Contohnya, menceritakan keadaan dirinya dan keluarganya, target hidup, target dakwah dll. secara detil, kecuali seorang akhwat sudah dikhitbah.

Seorang ikhwan yang faham akan apa arti kehormatan bagi seorang akhwat pasti maklum atas sikap tegasn seorang akhwat dan tidak dimaknai sebagai sikap jaim (jaga image) atau jutek, terlalu saklek atau apalah namanya. Tegas bukan berarti memaksa agar pandangannya di terima atau egois tapi demi menjaga kehormatan.

Intinya, dalam hal ini sangat dibutuhkan ketegasan dari masing-masing pihak, baik maupun akhwat untuk menjaga 'iffahnya masing-masing. Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya perkara halal itu jelas, dan perkara haram itu jelas; serta di antara keduanya terdapat perkara mutasyabihat yang kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa yang menjauhi syubhat, sungguh ia telah terbebas dari dosa, dalam agama dan kehormatannya. sebaliknya, siapa yang terjerumus pada perkara syubhat berarti ia telah terjerumus dalam perkara haram," (HR. Imam Bukhari, Muslim dan ashabun Sunan)

Rabbanaghfirlanaa dzunuubanaa isyraafanaa fii amrina. Wallahu’alam.

Penulis: Shinta Mardhiah Alhimjarry, Bandung
syi_khilafah@yahoo.co.id

sumber:www.eramuslim.com

Muslimah, Jadilah Perempuan-Perempuan Sumber Inspirasi


Siapa yang tidak kenal Nurfitri Moeslim Taher? Seorang relawan wanita yang melambung namanya karena keberaniannya bergabung dengan tim relawan yang berangkat ke Gaza untuk mengantarkan bantuan bagi rakyat Palestina. Tentu kita yang banyak menyimak perkembangan terkini saudara- saudara kita di Palestina, mengetahui jika ternyata beliau adalah juga seorang ibu dari tiga putra.

Ia, berani meninggalkan anak- anak dan suami yang dikasihinya, demi menunaikan tugas kemanusiaan.

Dalam sejarahnya, peran wanita yang membela perjuangan Islam bukan hanya terjadi sekali ini saja. Sebut saja Nusaibah binti Kaab. Seorang shahabiyah yang mengikuti perang Uhud di masa Rasulullah Saw, yang berperan sebagai pemasok logistik, dan merawat prajurit yang luka- luka.

Walaupun Nusaibah tidak bertugas di garda depan, tetapi, diceritakan bahwa dalam peperangan tersebut terjadi kekacauan sehingga apa-apa yang sudah diinstruksikan Nabi Saw tentang strategi pada waktu itu tidak berjalan lancar. Hal tersebut menyebabkan pasukan kaum Muslimin bercerai-berai , menyebabkan kepanikan, sehingga terancamnya jiwa Nabi.

Berikut ini saya nukil dari situs Al-Kisah, ”Ketika Nusaibah melihat Nabi menangkis serangan musuh sendirian (karena pasukan kaum Muslimin sudah tidak terarah lagi), lalu Nusaibah mempersenjatai dirinya, dan bergabung dengan yang lainnya membentuk sebuah formasi pertahanan untuk melindungi Rosulullah Saw.”

Ada nama lain di zaman modern ini, yang telah mengukir sejarah dengan prestasi perjuangannya yang dipenuhi oleh ujian yang sangat berat.

Dialah, Zainab Al Ghozali. Wanita pejuang kemanusiaan yang hebat ini hidup dan berjuang semasa pemerintahan Gamal Abdul Naser yang terkenal sewenang-wenang. Wanita hebat ini, yang menghembuskan nafas terakhirnya pada tahun 2005 silam, pernah ditangkap oleh aparat penguasa di Mesir sekitar tahun 1965, tanpa surat tugas atau lainnya, dan langsung dijebloskan kedalam penjara yang sangat pengap dan di penjara ia mengalami berbagai siksaan.

Diceritakan bagaimana Zainab di dalam penjara, ditemani oleh anjing- anjing lapar tapi ia tetap bersabar, dan memohon pertolongan dari Allah Swt. semata, sambil terus berzikir, "Ya Allah, sibukkanlah aku dengan (mengingat)-Mu hingga melupakan selain-Mu.Wahai Zat Yang Maha Esa, wahai Zat yang menjadi tempat bergantung. Bawalah aku dari alam kasar ( dunia) ini. Sibukkanlah aku agar tidak mengingat seluruh hal selain-Mu. Sibukkanlah aku dengan mengingat-Mu, bawalah aku di hadirat-Mu. Berilah aku ketenangan yang sempurna dari - Mu. Liputilah aku dengan pakaian kecintaan-Mu. Berikanlah kepadaku rezeki mati syahid di Jalan-Mu, keridhaan pada (ketentuan)-Mu. Ya Allah, teguhkanlah diriku, sebagaimana keteguhan yang dimiliki oleh ahli tauhid ! ", dan gigi- gigi tajam dari anjing yang sengaja dimasukan oleh sipir penjara, yang ingin menggigit dan mengoyak- ngoyak tubuhnya itupun tidak membuat satu helai pakaian pun yang terkoyak, dan tubuhnya pun masih tetap utuh, tidak ada satupun bekas gigitan anjing pada kulitnya, atas pertolongan Allah Swt. Subhanallah.

Jadi, siapapun dari kita, para wanita yang sudah komit dengan jalur dakwah ini, maka bersiaplah untuk menghadapi berbagai ujian yang menerpa, ujian berupa kesenangan yang akan melalaikan, ataupun ujian berupa kepahitan yang sangat menyesakkan.

Karena begitu luasnya bidang garapan seorang wanita, maka dia juga harus pandai- pandai menyeimbangkan berbagai perannya, antara kewajiban terhadap anak dan suami, dengan peran serta tugasnya yang tidak mudah itu, diluar rumah.

“Dan barang siapa mengerjakan amal kebajikan , baik laki- laki maupun perempuan sedang dia beriman, maka mereka itu akan masuk kedalam syurga dan mereka tidak didzolimi sedikitpun,” ( QS.An-Nisa: 124)

Diatas semua itu, lagi- lagi kita perlu banyak banyak minta keridaan suami atas semua langkah yang diambilnya. Karena walau bagaimanapun, rida Allah Swt. adalah juga rida dari suami. Dibalik langkah- langkah kita, ada doa yang tulus dari suami, yang senantiasa mengkhawatirkan keselamatan kita ketika berada di luar rumah. Semoga kita semua mampu menjaga kepercayaan suami – suami kita, serta tetap dalam niat kita semula, sehingga apa yang sudah kita upayakan tidak sia- sia dihadapan Allah Swt.

Tentu ketika kita berkiprah di luar rumah, mencari prestasi bukanlah sebuah tujuan. Amat dangkallah jika memang itu yang dicari. Kiprah wanita diluar rumah, tak lebih hanya karena kewajiban semata. Coba kita perhatikan, para ustazah yang mengisi pengajian untuk kaum pekerja wanita yang tengah bersemangat menggali Islam, ditengah kesibukannya bekerja. Atau para pengajar yang senantiasa mengajarkan huruf demi huruf dari Al-Quran bagi anak- anak kita.

Begitulah, kita, para wanita dapat membawa keberkahan dimuka bumi ini, ataupun sebaliknya, sebagai pembawa kerusakan. Naudzubillah.

Maka, apalagi yang kita tunggu? Yuk, kita perbaiki kiprah kita, minimal menjadi teladan bagi anak- anak kita, menjadi panutan bagi mereka, dimulai dari memperbaiki pribadi- pribadi kita!

Penulis : Yuyu Latifah, ibu rumah tangga, tinggal di Vila Mutiara Cikarang, Bekasi


sumber:www.eramuslim.com

10 Bantahan Bagi Penentang Jilbab


1. Jilbab pakaian orang Arab

Bantahan: Salah besar! Jilbab pakaian wanita muslimah. Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an sebagai berikut;

Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam Al-Quran berfirman yang artinya : “Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-orang mukmin. Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih muda untuk di kenal karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah maha pengampun dan penyayang," (Al-Ahzab : 59).

Katakanlah kepada wanita yang beriman, hendaklah mereka menahan pandangannya dan menjaga kemaluannya serta tidak menampakkan perhiasannya kecuali ( yang biasa ) nampak darinya. Dan hendakkah mereka menutupkan kain kerudung ke dada mereka,” ( QS. 24 : 31).

2. Percuma pakai jilbab kalo masih blom baik

Bantahan: Ente merasa blom baik? Kasihan deh lo… orang biasanya pede dengan dirinya orang baik, kok malah merasa belom baik! Trus, kenapa juga gak berjilbab kalo memang pengen baik. Kalau tetep ga mo pake jilbab ga kan pernah baik, lha selalu langgar perintah Allah, gimana mo baik.

Trus, kenapa juga gak berjilbab kalo memang pengen baik. Kalau tetep ga mo pake jilbab ga kan pernah baik, lha selalu langgar perintah Allah, gimana mo baik.

Dan pula, penilaian manusia kadang tidak obyektif. Orang baik bisa dibilang tidak baik, orang tidak baik dibilang baik…cape deh…

Nih, ada cerita sedikit. Menurut ente orang yang baik yang mana, si fulana atau si rahmah… Si Fulana dan Si Ranti sedang ngobrol, berikut obrolannya;

Fulana: Ih, ngapain si Rahmah pake jilbab? Udah kaya orang bener aja! Masih suka ngomongin orang aja! Kesana-sini masih ngerumpi, ngejelekin orang. Ih, sebel! Apalagi gayanya itu, kalo di depan Si Aryo udah sok alim… padahal suruh baca Al-Qur’an aje blom tentu becus! Mending gue, biar baru bisa Al-Fatihah tapi gak gitu-gitu banget deh… Udah gitu suka keluyuran lagi kalo hari senin ama kamis. Katenye sih ngaji?! Alah, paling cari mangsa. Masak ngaji siang hari! Udeh deh, kalo blom bener jangan sok pake jilbal… bla bla bla {masih nyerocos}

Ranti: Hmm!!!!

3. Atas tertutup bawah kebuka!

Bantahan: Ini ledekan yang amat memilukan. Istilah ini dibuat seolah orang yang berjilbab hanya tertutup luarnya saja, tapi gampang menunjukkan auratnya.

Jilbab yang pengertiannya juga hijab (tirai), adalah penghalang seorang muslimah gak hanya dari pandangan lelaki lain, tapi juga penghalang seorang muslimah untuk berbuat maksiat, penghalang seorang muslimah dari perbuatan yang dilarang agama. Perkataan seperti ini biasa dilancarkan orang kafir dan orang-orang Islam yang nggak ngerti.

4. Jilbab? Nggak deh…panasnya itu loh

Bantahan: Ketahuan…blom pernah pake jilbab secara bener! Pake dong yang bener. Di dalam pakai pakaian dalam, trus pake pakaian luar yang panjang. Bagian bawah pakai celana panjang yang longgar (untuk menghindari rok yang tersingkap hingga memperlihatkan betis/aurat), baru pake rok yang juga longgar. Udah coba? Blom kan? Makanya jangan sembarang ngomong kalo blom coba. Tanya yang udah pake, adem banget lagee..

5. Rambut jadi bau!

Bantahan: Setiap rambut juga bau kalo gak pernah di keramas, mau pake jilbab kek, mau nggak, tapi jelas rambut hitam ente tetap terjaga hitam alami. Dari pada panas-panasan rambut jadi merah … plus bau!

6. Ada ninja …

Bantahan: Dari pada ada orang kafir! Pakaian yang anda pake adalah pakaian orang kafir, tahu nggak? Denger nih hadist nabi:

Umar meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Janganlah berpakaian seperti orang-orang yang tidak beriman “.

“Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kaum itu!” hadist ini merupakan peringatan terhadap orang-orang Islam agar tidak mengikuti perilaku nonmuslim.

“Barang siapa meniru suatu kaum, dia termasuk kaum itu!” hadist ini merupakan peringatan terhadap orang-orang Islam agar tidak mengikuti perilaku nonmuslim.

Ada lagi nih dari hadist nabi; “Barang siapa meniru suatu kaum, dia akan dibangkitkan bersama kaum yang dicontoh-contohkannya itu.”

Mau dibangkitkan di akhirat bersama kaum kafir? Kalo gue, nggak deh …

7. Pake jilbab kok sombong?

Bantahan: Yang gak pake jilbab sombong juga lebih banyak!

8. Jilbab buat susah kerja

Bantahan: Ah, nggak tuh! Kalo tempat kerja yang bener gak mungkin ngelarang orang pake jilbab. Kalo tempat kerja yang nggak bener memang menyuruh para wanitanya untuk berpakaian seksi. Mau kerja di tempat yang gak bener?

9. Pake jilbab biasa aje, kedombrong gitu! Gak modis tau …

Bantahan: Emang jilbab fungsinya menutup aurat kok? Ente tahu gak sih kalo dengan pakaian semacam celana jeans pa*nt*t (maaf) ente yang bah*nol itu masih jadi terkaman mata laki-laki? Ente tahu gak sih kalo yang menyembul dari dada ente masih buat laki-laki serr… Mau jadi tontonan? Terserah (ini yang di istilahkan nabi berpakaian tapi telanjang, wallahu alam). Tapi (seperti kata AA Gym) bukankah lebih baik jadi wanita tuntunan, bukan tontonan!

10. Nanti aje kalee kalo udah tua…

Bantahan: Jaminan dari mane ente bisa hidup ampe tua? Emang ada perjanjiannya? Atau ente punya Sertifikat Jaminan Hidup Sampe Tua? Kalo ada gak apa-apa… boleh aja. Entar kalo udah deket dengan perjanjian saatnya ente meninggal pake deh tuh jilbab, ama perbanyak ibadah!

(PurWD/davidusman)

Muslimah Berdakwah, Why not?


Mungkin banyak diantara kita para muslimah, apabila mendengar ajakan untuk berdakwah, sudah ngeri duluan. Kesannya gimana gitu. Sudah pasti beberapa jawaban berikut ini terlontar,

“Waah boror-boro berdakwah, belajar untuk diri sendiri aja masih jauuh..”

“Berdakwah mah nanti aja, kalo ilmu sudah banyak..”

“Aaah dakwah itu kan tugasnya ustadz dan ustadzah,kita bagian dengerin ajalah..”

“Yaah, jangankan berdakwah sama orang lain, sama keluarga sendiri aja belum pantes..”

Dan belasan jawaban lain, yang intinya kebanyakan (artinya tidak semuanya lho..) muslimah enggan untuk berdakwah. Benarkah tugas berdakwah hanya dibebankan kepada sebagian di antara kita saja, khusus laki-laki saja? atau kita semua mempunyai kewajiban untuk berdakwah? Apa sih dakwah itu, bagaimana melaksanakannya?

Apa alasan harus berdakwah?

Kondisi ummat manusia dewasa ini, khususnya kaum muslimin, lebih khusus umat muslimin di Indonesia, berada di tengah kondisi yang sangat menghawatirkan dalam kehidupan beragama. Hal ini terlihat dengan tersebar luasnya kemusyrikan dan kesyirikan di kalangan umat Islam. Sabagai contoh, coba lihat praktek-praktek kesyirikan di sekitar kita dengan maraknya perdukunan, ramalan-ramalan semisal Mama Loren dan teman-temannya yang menghampiri rumah-rumah dan kamar-kamar keluarga muslim.

Belum lagi pelecehan terhadap sebagian atau keseluruhan syariat Islam, misalnya menutup aurat atau berjilbab itu tidak wajib, muslimah kawin dengan non muslim boleh-boleh saja, kawin sesama jenis tidak mengapa yang penting suka-sama suka, nikah itu bukan termasuk ibadah, dan masih banyak lagi.

Kemaksiatan dan dekadensi akhlak merajalela. Ibu-ibu, remaja dan generasi muda muslim lebih menyukai nyanyian, tontonan televisi, show, game, fashion, shopping, dan gaul, daripada menghafal dan mengkaji al-Qur’an dan al-Hadith, atu kajian agama lainnya.

Belum lagi umat Islam yang berperpecah belah, saling bangga dengan kelompok dan golongannya, saling mencaci, dan lain sebagainya. Hal ini tentu saja merupakan persoalan kita semua sebagai umat Islam dan menuntut keterlibatan seluruh kaum muslimin dan muslimah untuk mengatasi persoalan-persoalan tersebut.

Mengapa muslimah harus berdakwah

Mengapa muslimah harus berdakwah? Pertanyaan ini kerap ditujukan kepada para muslimah ketika akan memulai dakwah, minimal dakwah dalam keluarga. Sebagaimana dimaklumi, perempuan adalah tiang dalam rumah tangga, dan rumah tangga adalah tiang suatu bangsa. Baik tidaknya sebuah rumah tangga sangat bergantung kepada baik tidaknya perempuan yang menjadi ibu dalam pembinaan anak-anak dan keluarganya. Siapa yang dapat mengajari seorang perempuan muslim, agar menjadi seorang muslimah yang shalihah, yang dapat menjadi pembimbing dan pendidik bagi anak-anaknya. Idealnya adalah tentu suaminya. Jika suaminya tidak memiliki kemampuan untuk hal tersebut? Tentunya diharapkan ia berguru kepada orang lain yang memiliki kemampuan untuk hal tersebut, mungkin ia akan menuntul ilmu kepada para ustadz yang mengajarkannya dalam majelis-majelis ta’lim. Dan inilah yang sekarang ini terjadi. Namun terkadang ditemui kendala, untuk hal-hal tertentu, ada kalanya sulit dan segan untuk dikemukakan kepada para ustadz. Kadang wanita-wanita itu malu bertanya kepada da’i laki-laki, sehingga dia menyembunyikan apa yang seharusnya dia tanyakan. Namun jika da’inya seorang perempuan, hal tersebut dapat diantisipasi, dia tidak merasa malu dengannya dan dapat menyampaikan apa yang perlu baginya serta hal itu lebih besar pengaruhnya.

Allah Swt, tidak membeda-bedakan kewajiban berdakwah, baik perempuan maupun laki-laki terkena kewajiban berdakwah kepada Allah dalam beramar ma’ruf nahyi mungkar. Diantara dalil dari Al-qur’an tentang hal itu adalah:

“Kaum mukminin dan mukminat, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya. Mereka menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (At-Taubah : 71)

“Kalian adalah sebaik-baik ummat yang dilahirkan bagi manusia. Kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar serta kalian beriman kepada Allah.” (Ali Imron : 110)

Dari kedua ayat tersebut, Allah Swt secara umum memerintahkan setiap muslim, termasuk pula muslimah untuk untuk melakukan amar ma’ruf dan nahyi munkar, yang artinya turut ambil bagian dalam pergerakan dakwah Islam. Karena inilah inti dari makna dak’wah, mengajak manusia untuk kebaikan dan mencegah mereka dari kemunkaran. Dakwah sendiri berasal dâ’a, yang artinya mengajak manusia untuk berbuat kebaikan (ta’at kepada Allah) dan menjauhi kemungkaran (durhaka kepada Allah).

Kapan muslimah harus berdakwah?

Sebenarnya sejak zaman Rasulullah Saw, kaum muslimah sudah menjalankan peranannya dalam menyebarluaskan syiar Islam. Ummul Mukminin Aisyah r.a dikenal sebagai tokoh muslimah teladan yang dengan kedalaman ilmunya, sebagai hasil tarbiyah langsung dari suami sekaligus manusia yang paling utama, Rasulullah Saw. Beliau Aisyah r.a kerap menjadi sumber rujukan oleh para sahabat dan kaum muslimin saat itu. Bahkan dalam sejarah Islam beliau dikenal sebagai salah satu dari sahabat Rasulullah Saw. yang paling banyak meriwayatkan hadits.

Muslimah sholihah yang mampu berdakwah, tentunya setelah menyelesaikan segala haknya kepada suami dan anak-anaknya, maka selayaknya dia diminta untuk membimbing muslimah lainnya. Adanya da’i muslimah seperti ini di kalangan muslimah lainnya sering lebih bermanfaat dalam menyampaikan dakwah untuk mengajak kepada jalan yang benar.

Apa bekal muslimah dalam berdakwah?

Mungkin sebenarnya inilah yang menjadi kendala seorang muslimah untuk berdakwah. Tidak tahu dari mana mulainya, apa yang harus dilakukan, bekal apa yang harus disiapkan, sehingga belum apa-apa sudah mundur teratur alias mengatakan susah, tidak bisa, belum waktunya dsb, dsb. Tentu saja, berdakwah tidak semudah mengobrol atau diskusi. Seorang muslimah yang hendak berdakwah harus mempunyai bekal yang cukup, karena ia akan menyampaikan apa yang berasal dari Allah dan RasulNya. Nah beberapa tip di bawah ini mungkin bisa membantu para muslimah untuk mulai berdakwah.

  1. Iman yang teguh di hati
  2. Tawaqqal kepada Allah
  3. Berakhlak mulia
  4. Selalu berdzikir kepada Allah
  5. Memahami hakekat dakwah
  6. Profesional (niat,berilmu,beradab,strategi,methode,dan manajemen)

Nikmatnya Menjadi Muslimah, Kehidupannya Sudah Dijamin


Betapa nikmatnya menjadi seorang muslimah, tidak perlu bekerja, namun tetap diberi hak kepemilikan harta. Ya, Allah mengangkat dari perempuan kewajiban bekerja untuk memenuhi kebutuhan dirinya atau untuk mendukung kemampuan finansial diri dan keluarganya. Allah menetapkan bahwa kewajiban tersebut adalah mutlak milik kaum laki-laki. Dia menginstruksikan laki-laki agar bertanggungjawab memelihara dan mengasuh perempuan di setiap fase kehidupan mereka.

Dalam Islam, ketika seorang perempuan masih kecil, maka dia berada dalam pengasuhan dan tanggung jawab ayahnya. Tanggungjawab sang ayah menjadi terangkat ketika anak perempuannya menikah atau meninggal dunia (baik sang ayah atau anaknya). Jadi hak pengasuhan tidak berhenti ketika anak perempuan memasuki usia tertentu, sebagaimana dinyatakan banyak undang-undang (UU) bodoh yang diikuti kebanyakan manusia.

Setelah seorang perempuan menikah, maka tanggung jawab pengasuhan dan perawatan jatuh kepada suaminya, sepanjang dirinya berada di bawah penjagaannya berdasarkan akad pernikahan. Kemudian apabila seorang perempuan tidak memiliki ayah, dan belum bersuami, maka tanggung jawabnya jatuh kepada saudara laki-lakinya yang menanggung peran sebagai ayahnya ketika tiada. Lalu ketika dia tidak memiliki saudara laki-laki, maka tanggung jawab jatuh kepada siapa pun kerabat laki-laki yang terdekat dengannya, yaitu kerabat laki-laki yang akan mewarisinya, dan dia pun akan mewarisi mereka.

Lalu apabila dia tidak juga memiliki kerabat laki-laki, maka kewajiban untuk menjaga dan merawatnya jatuh kepada komunitas muslim. Dengan demikian tanggung jawab tersebut menjadi tanggung jawab komunal, dan jika tidak ada orang yang menunaikan tanggung jawab itu, maka semua akan berdosa.

Selanjutnya, jika seorang perempuan memiliki kekayaan, maka Islam menjatuhkan darinya kewajiban untuk menanggung hidup seseorang. Dengan kehadiran suaminya (atau ayahnya), dia tidak dikenakan kewajiban membelanjakan hartanya untuk kebutuhan anak-anaknya, kecuali dia memang mau melakukannya dengan niat beramal baik. Pun demikian, seorang wanita tidak dikenakan kewajiban bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan atau merawat diri dan anak-anaknya.

Tidak adanya kewajiban bekerja untuk memenuhi kebutuhan atau merawat dirinya adalah semata-mata untuk menjaganya agar wanita tidak masuk ke jurang kenistaan serta kehinaan. Ini mengingat, betapa banyaknya pekerjaan yang dilakukan wanita demi meningkatkan taraf kehidupan, namun ternyata meniscayakan penghinaan, pelecehan, dan penderitaan.

“Pelecehan seksual dalam lapangan pekerjaan sangatlah luas sekali perkembangannya, sulit dipercaya dan dimengerti. Dari studi terhadap 2000 lembaga dan industri tampak jelas, bahwa daya tarik seksual (sex appeal) menjadi salah satu persyaratan mutlak yang terselubung untuk mendapatkan pekerjaan khususnya karyawati operator telepon, penerima tamu, sekretaris, dan tukang ketik. Sampai pada penerimaan pegawai Pemerintah Federal pun sudah menjadi ketetapan baku yang tidak diumumkan,” tulis DR. Muhammad Ali Al-Dar dalam bukunya Wanita Karir dalam Timbangan Islam.

Selain itu, terangkatnya tanggung jawab bekerja di luar rumah dari wanita adalah untuk menjaganya dari godaan dan percampuran dengan laki-laki (ikhtilath). Segenap hikmah dari aturan-aturan Islam tersebut merupakan bagian dari keistimewaan yang Allah ciptakan untuk ciptaan-Nya.

…Seandainya wanita dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ditambah lagi dengan tugas kehamilan, melahirkan, menyusui, maka hal itu merupakan ketidakadilan baginya…

Seandainya wanita dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ditambah lagi dia pun mesti menunaikan tugas kehamilan, melahirkan, menyusui, maka hal itu menjadi kewajiban yang di luar kemampuannya, serta merupakan ketidakadilan baginya. Selain itu, pekerjaannya akan menyita waktunya dalam menjalankan tugas-tugas alamiahnya seperti mengandung, melahirkan, menyusui, dan membesarkan anak-anaknya. Hal ini sering terjadi di seluruh komunitas orang-orang yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang telah Allah tetapkan bagi hamba-hambaNya. Yakinlah bahwa Allah Maha Mengetahui segala sesuatu yang terbaik bagi makhluk-Nya.

Dalam komunitas non-muslim, laki-laki begitu senang dengan situasi tersebut (wanita bekerja). Mereka merasa mendapatkan keuntungan lebih dari para wanita dan menjatuhkan dari mereka sejumlah kewajiban yang sejatinya mutlak milik mereka, seperti memenuhi kebutuhan keluarga, dan lainnya. Tak pelak, sikap tersebut merupakan sikap egois para kaum Adam.

Dan sedihnya, banyak wanita justru senang dengan keadaan mereka yang harus mengombinasikan pekerjaan di luar rumah dengan tugas-tugas alamiah mereka semisal mengandung, melahirkan, menyusui, dan lain sebagainya.

Hal tersebut terjadi disebabkan hasrat tinggi mereka terhadap hiburan dan kesenangan hidup, serta berbangga-bangga atas kedua hal itu, bukan karena adanya nilai moral dalam hal pekerjaan mereka di luar rumah. Tidak seperti yang digembar-gemborkan, bekerjanya wanita sama sekali tidak memiliki nilai nyata dalam mendorong perekonomian. Alih-alih mendatangkan kebaikan, yang ada malah mereka bersaing dengan kaum laki-laki mendapatkan pekerjaan di luar rumah. Perempuan justru menjadi penyebab meruyaknya pengangguran di kalangan laki-laki, sehingga memicu terjadinya beragam tindak kriminal.

Selain itu, bekerjanya para wanita pun meningkatkan penggunaan konsumsi kosmetik, pakaian, dan parfum yang menjadi barang-barang-barang penting bagi perempuan untuk bekerja di luar rumah. Dan pastinya, semua hal itu masuk dalam kategori tabarruj yang dilarang Islam. Tabarruj maksudnya adalah seorang wanita menampakkan perhiasannya dan kecantikannya serta terlihat bagian-bagian yang seharusnya wajib ditutupi, di mana bagian-bagian itu akan memancing syahwat pria.

Lebih jauh lagi, setiap wanita yang bekerja di luar rumah, dalam banyak kesempatan menjadi penyebab terbatasnya kesempatan bekerja bagi laki-laki yang bisa bekerja di posisi perempuan. Sementara laki-laki yang mengambil posisi seorang wanita di dalam rumah tangga tidak akan bisa menggantikannya dalam melakukan berbagai tugas domestik.

Kita mungkin bertanya-tanya, apa nilai-nilai ekonomi, moral, atau sosial dari bekerjanya wanita di pabrik-pabrik, militer, membersihkan jalan, bandara, hotel, petugas keamanan, dan pekerjaan lainnya yang sejatinya menistakan mereka? ingatlah bahwa kehidupan dunia fana dan kehidupan akhiratlah yang abadi.

Semua itu terjadi dikarenakan manusia jauh dari Allah sehingga menjalani kehidupan yang nestapa. Allah telah memeringatkan siapa saja yang menjauhkan diri dari-Nya. Dia berfirman, “Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta. Berkatalah dia, “Ya Tuhanku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat? Allah berfirman, “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, maka kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamu pun dilupakan” (Thaha 124-126).

Kendati Islam tidak mewajibkan wanita untuk bekerja demi memenuhi kebutuhan hidupnya dan menetapkan laki-laki untuk bertanggungjawab merawatnya di setiap fase kehidupannya, syariat pun tetap memberi wanita hak (ketika dia telah dewasa dan kompeten) untuk memiliki dan mengatur harta atau properti miliknya tanpa harus meminta izin kepada ayah, suami, atau yang lainnya. Demikianlah Islam memuliakan wanita. Dia tidak perlu bekerja, namun tetap memiliki hak kepemilikan dan pengaturan harta.

Wanita memiliki hak untuk memiliki setiap bentuk properti; untuk membeli dan menjual; untuk memberi hadiah dan sumbangan; dan segenap bentuk pengeluaran serta belanja (tanpa pemborosan) lainnya, selama mereka memiliki harta dan pendapatan dari sumber-sumber yang ditetapkan syariat.

Namun apabila seorang wanita tidak kompeten, Islam tidak membedakan antara laki-laki dan wanita. Laki-laki pun bisa dinyatakan tidak kompeten sehingga terhalang hak kepemilikan dan pengaturan hartanya. Dengan demikian, wanita pun bisa menjadi sosok yang secara hukum syariat berhak mengatur kekayaannya.

Islam memberi wanita sejumlah sumber spesifik kepemilikan harta dan kekayaan, seperti mas kawin, warisan, pemberian, dan segenap ketetapan sah lainnya dalam kepemilikan harta. Bahkan, seorang istri dibolehkan mengambil harta suaminya yang pelit, tanpa sepengetahuannya.

…Islam pun menetapkan seorang muslimah tidak berkewajiban menanggung kehidupan siapa pun, namun demikian dia tetap mendapatkan setengah dari bagian warisan yang diterima laki-laki…

Dari Aisyah, dia berkata, “Hindun binti ‘Utbah, istri Abu Sufyan menemui Rasulullah SAW seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Abu Sufyan seorang laki-laki yang pelit (kikir), tidak memberikan nafkah kepadaku dengan nafkah yang mencukupi untukku dan anakku kecuali dari apa yang aku ambil dari hartanya tanpa sepengetahuannya. Apakah aku berdosa karena hal itu?” Rasulullah SAW menjawab, “Ambillah dari hartanya dengan cara ‘ma’ruf’ apa yang cukup buatmu dan anakmu” (Muttafaq Alaih)

Islam pun menetapkan seorang muslimah tidak berkewajiban menanggung kehidupan siapa pun, namun demikian dia tetap mendapatkan setengah dari bagian warisan yang diterima laki-laki. Wajar mendapatkan setengah bagian laki-laki dalam warisan, karena dia tidak harus bertanggungjawab menanggung hidup siapa pun. Bahkan dengan bagiannya itu, dia bisa melengkapi kekayaan laki-laki (suaminya) yang bertanggungjawab untuk bekerja dan menyediakan kebutuhan hidup keluarganya.

Dalam hal ini, Islam jelas menentang praktik UU jahiliyah yang melarang wanita mendapatkan warisan di bawah kondisi apapun, dikarenakan wanita tidak menanggung siapa pun atau tidak berperang melawan musuh. Allah menetapkan dalam firman-Nya, “Bagi orang laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, dan bagi orang wanita ada hak bagian (pula) dari harta peninggalan ibu-bapa dan kerabatnya, baik sedikit atau banyak menurut bagian yang telah ditetapkan” (An-Nisa’ 7)

Tidak diragukan lagi, orang-orang yang mengklaim bahwa Islam tidak adil kepada wanita karena memberi bagian setengah dari laki-laki dalam warisan adalah orang-orang bodoh dan tidak memahami distribusi hak dan kewajiban yang telah Allah tetapkan dalam hukum-Nya. Allah menyatakan, “Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin ?” (Al-Ma’idah 50).

Dengan demikian, betapa nikmatnya menjadi muslimah. Dia tidak perlu bekerja, namun tetap diberi hak kepemilikan dan pengaturan harta, serta masih mendapatkan harta warisan. Betapa luhurnya pemuliaan Islam kepada wanita, dan betapa payahnya penghargaan hukum di luar hukum Islam kepadanya. [ganna pryadha/voa-islam.com]

Wanita Pendamba Surga


Wanita pendamba syurga
Pesona akhlakmu bagai mutiara yang berkilauan
Halus tuturmu menggambarkan pribadi yang santun
Kecantikan hatimu laksana kapas tanpa noda
Kesejukan aura jiwamu seperti bidadari syurga
Kau hiasi dirimu dengan bingkaian akhlak islami
Semakin berwibawa karena auratmu terhijabi.

Saat wanita lain bergelimang kesenangan semu
Menari-nari di atas lantai dansa
Menenggak arak dalam gelas-gelas kristal
Engkau justru mengurung diri
Mentafakuri kehidupan akhirat yang masih ghaib
Mengembara dalam pencarian jati diri.

Di saat wanita lain asyik memilih busana trendi
Sibuk memoles tubuh dan wajah
Berlomba memamerkan aurat mereka
Engkau justru tampil bersahaja
Dalam balutan gamis dan kerudung panjang
Engkau sembunyikan auratmu
Agar tak terjamah pesona kecantikan itu
Dari mata-mata lelaki jalang.

Di saat wanita-wanita lain tertawa lepas
Menikmati euphoria tanpa batas
Menebar cinta basi pada lelaki
Engkau justru menangis dalam sujud
Mendaki taubat dalam bukit tahajud
Mengemis ampunan pada Penggenggam nyawa
Menutup lisan dari bicara sia-sia.

Di saat wanita-wanita lain mengidolakan
Miyabi, Britney Spears, Celine Dion, Maddona
Engkau mengidolakan Khadijah, Maryam, Asiyah, Fatimah
Di saat wanita lain bangga aibnya terbuka
Puas jika namanya di puja-puja
Engkau justru mengasingkan diri dari gemerlap dunia
Merahasiakan kebaikan yang kau lakukan pada sesama
Karena takut jatuh pada perbuatan riya’.

Di saat wanita-wanita lain menghabiskan waktu di plaza
Menghamburkan materi dengan sia-sia
Engkau justru menghabiskan waktumu di mushola
Menguatkan zikir dan memuja asma-Nya.
Merenda istigfar di atas sajadah cinta.

Di saat wanita-wanita lain hanyut dalam pesona zaman
Bercengkerama liar dengan segala kemewahan
Sibuk memuja artis-artis idaman
Engkau justru sibuk mengkaji ilmu
Mendakwahkan agama Islam tanpa ragu
Berjibaku dengan segala kesulitan
Meneriakkan kalimat jihad militan.

Di saat wanita-wanita lain sibuk menenteng majalah erotis
Menggumbar gosip sesama secara sadis
Engkau justru teguh pada Al-Qur’an dan hadis
Yang kau jadikan pegangan hidup
Agar iman di dadamu tidak redup.

Wanita pendamba syurga…
Agungnya akhlakmu berselimut mutiara
Pada rahimmu kelak generasi-generasi agama
Akan Allah amanahkan
Engkau calon madrasah pertama
Saat mujahid-mujahid terlahir di dunia.

[Yuli Anna]

Sifat Malu, Aset Berharga Wanita Beriman


SIFAT malu merupakan aset berharga wanita mukmin yang mampu menolongnya menjaga kehormatan dirinya, martabat, dan statusnya. Para istri shalihah adalah para muslimah yang memiliki sifat malu dalam akhlak, berpakaian, tindak-tanduk, obrolan, interaksi, dan budi pekerti. Sifat malu positif yang dimiliki seorang istri shalihah membuatnya senantiasa patuh pada aturan berpakaian Islami, baik itu jilbab, cadar, ataupun burqa. Dia tidak akan pernah mau mengenakan pakaian yang transparan, ketat, sama dengan pakaian pria, dipakai untuk niatan pamer dan berlagak, lalu memakai wewangian dan menggoda.

Bagaimana bisa seorang wanita muslim mengabaikan aturan-aturan Allah yang ditetapkan baginya. Dia akan menanggung dosa apabila menyepelekan aturan-aturan tersebut. Allah SWT mengharuskannya untuk menuulurkan kain kerudung menutupi dadanya, sebagaimana ditegaskan-Nya di surat An-Nur ayat 31.

Allah juga berfirman, “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Ahzab: 59).

...Bagaimana bisa seorang wanita muslim mengabaikan aturan-aturan Allah yang ditetapkan baginya. Dia akan menanggung dosa apabila menyepelekan aturan-aturan tersebut...

Maksud dari jilbab di ayat tadi adalah sejenis baju kurung yang lapang, tidak ketat dan transparan, yang menutup kepala, muka, dan dada. Selain itu, Allah juga menyatakan:

“Hai istri-istri Nabi, kamu sekalian tidaklah seperti wanita yang lain, jika kamu bertakwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginanlah orang yang ada penyakit dalam hatinya dan ucapkanlah perkataan yang baik. dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya.” (Al-Ahzab: 32-33)

Dengan demikian, bagaimana bisa seorang muslimah mengklaim dirinya sebagai wanita yang baik, sementara di waktu yang bersamaan dia mempertontonkan pesona, kecantikan, dan keindahannya kepada setiap laki-laki untuk menarik perhatian mereka? Dia seharusnya menyimpan kemolekannya hanya untuk sang suami. Rasulullah menegaskan, “Sifat malu dan perasaan takut tidak dapat dipisahkan. Jika salah satunya hilang, maka yang lainnya pun akan menghilang.”

Dari hadits tadi dapat ditarik kesimpulan bahwa wanita muslimah yang mengumbar kecantikannya adalah seorang yang tidak memiliki rasa malu. Jika dia tidak memiliki rasa malu, maka dipastikan tidak memiliki karakteristik Islam yang esensial. Rasul bersabda lagi, “Setiap agama memiliki etika moral khusus, dan sifat malu merupakan etika moral yang khusus di dalam Islam.”

...wanita muslimah yang mengumbar kecantikannya adalah seorang yang tidak memiliki rasa malu. Jika dia tidak memiliki rasa malu, maka dipastikan tidak memiliki karakteristik Islam yang esensial...

Selain itu, sifat malu seorang wanita beriman mengharuskannya untuk menundukkan pandangannya. Di dalam sebuah hadits Qudsi, melalui lisan Nabi Muhammad, Allah menyatakan, “Pandangan (terlarang) merupakan salah satu anak panah beracun Iblis. Seseorang yang menghindari hal itu karena takut kepada-Ku, maka akan diberi keimanan yaitu dia merasakan rasa manis (keindahan) di hatinya.”

Memberikan tali kendali yang bebas kepada pandangan mata bisa mendatangkan berbagai kerusakan. Sebagaimana pandangan terlarang adalah perangkap yang ditebarkan setan. Oleh karena itu, Rasulullah berkata kepada Ummu Salamah dan Maimunah ketika keduanya menatap Abdullah Ummi Maktum yang buta, “Apakah engkau buta? Engkau tidak melihatnya?”

...setiap wanita muslim harus mengejawantahkan sifat malu positifnya...

Tak hanya itu, sifat malu yang dimiliki seorang wanita beriman juga direfleksikan dengan caranya berbicara, beretika, bergerak, berjalan, dan lain sebagainya. Maka setiap wanita muslim harus mengejawantahkan sifat malu positifnya. Contoh terbaik dari sifat malu yang dimiliki wanita beriman adalah dua orang wanita yang bertemu Nabi Musa di mata air Madyan.

Allah berfirman mengenai hal tersebut, “Dan tatkala ia sampai di sumber air negeri Mad-yan ia menjumpai di sana sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan ia men- jumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksudmu (dengan berbuat at begitu)?” Kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut umurnya.” (Al-Qashash: 23).

Rasa malu telah menggiring keduanya untuk tidak menggabungkan ternak keduanya dengan ternak orang lain. Keduanya juga memberi contoh bahwa wanita tetap tinggal di rumah, kecuali jika ada urusan mendesak, seperti keduanya yang terpaksa keluar rumah untuk memberi minum ternak, karena ayahnya sudah ringkih. [ganna pryadha/voa-islam.com]

Bicaralah yang Baik atau Diam

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir maka hendaklah ia berkata yang baik atau diam.” (Sabda Rasulullah SAW, HR Muslim).

Banyak sekali di antara manusia yang suka berbicara hanya sekadar agar dianggap pintar. Banyak juga yang suka mengumbar kata-kata hanya sekadar menunjukkan eksistensi atau keberadaan diri. Bahkan tak sedikit yang memilih banyak omong dengan alasan agar dunia tak sepi. Jadi daripada saling diam, orang tipe ini berusaha memancing pembicaraan agar suasana hangat dan cair.

Tidak salah memang dengan semua alasan di atas. Namun satu hal yang patut diingat bahwa setiap kata-kata yang sudah keluar dari mulut, akan sulit sekali untuk menariknya kembali. Betapa banyak orang yang terluka hatinya karena kata-kata. Betapa banyak juga suami istri bertengkar dan cerai karena kata-kata. Dua orang yang bersahabat bisa bermusuhan juga karena kata-kata. Bahkan sebuah peperangan bisa terjadi karena kata-kata yang dikeluarkan oleh lidah tak bertulang ini.

Salah satu kunci pintu surga dan neraka juga berasal dari kata-kata. Ketika kita mengucapkan sebuah kebaikan, hal itu akan menjadi catatan bagi amal kita kelak di akhirat. Kita tak akan pernah tahu seberapa berat timbangan kata-kata itu nanti di yaumul hisab. Begitu juga ketika kita mengucapkan kata-kata bernada canda namun mengandung kebohongan di sana. Bukan tidak mungkin kata-kata yang terlihat sepele ini akan menjerumuskan kita ke dasar neraka, na’udzubillah.

...Salah satu kunci pintu surga dan neraka juga berasal dari kata-kata. Ketika kita mengucapkan sebuah kebaikan, hal itu akan menjadi catatan bagi amal kita kelak di akhirat...

Rasulullah bersabda, “Sungguh seorang hamba berbicara dengan satu kalimat yang dibenci oleh Allah yang dia tidak merenungi maka dia terjatuh dalam neraka Jahanam.

”Rasulullah bersabda, “Sungguh seorang hamba apabila berbicara dengan satu kalimat yang tidak benar hal itu menggelincirkan dia ke dalam neraka yang lebih jauh antara timur dan barat.”

Sobat muda, pantas kita renungkan sabda Rasul tercinta di atas. Jangan hanya karena berniat bercanda, kita jadi kebablasan. Bohong, memperolok teman atau bahkan mempermainkan ayat-ayat Allah jadi kebiasaan. Jangan sampai deh. Lebih baik apa yang keluar dari lisan kita adalah hal-hal yang baik. Apabila kita sulit melakukannya, maka diam adalah pilihan.

Bukankah Allah menciptakan satu mulut dan dua telinga adalah agar kita lebih banyak mendengar daripada berbicara? Karena sungguh, setiap apa yang keluar dari lisan kita adalah kendaraan yang akan membawa pemiliknya ke surga ataukah neraka. Banyak di antara anak muda yang bercanda kelewat batas hingga tanpa sadar bahwa setiap kata adalah doa. Jadi sebelum menyesal, yuk jaga lisan kita dari hal-hal yang tak bermanfaat. Dibiasakan sedari remaja, akan menjadi karakter ketika dewasa, insya Allah ^_^ [RiaFariana/voaislam.com]

Adab Keluar Rumah Bagi Wanita Shalehah

Wanita shalihah adalah wanita yang taat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul Nya, kedua ayah bundanya dan kepada suaminya (jika dia telah bersuami). Adab sopan santunnya jauh berbeda dengan wanita-wanita yang tidak shalihah (wanita thalihat, jahat). Apabila dia keluar rumah maka dia akan memastikan dirinya benar-benar mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Dia tidak akan keluar rumah melainkan jika memakai pakaian yang menutup aurat, yaitu sebuah pakaian yang memenuhi ketentuan syari’at Islam, antara lain:

1. Menutupi seluruh tubuh atau badan kecuali wajah dan telapak tangan (sebagian ulama mewajibkan untuk ditutupi)

2. Tebal dan tidak tipis (transparan)

3. Longgar dan tidak ketat

4. Tidak diberi parfum atau minyak wangi yang kuat atau menyengat baunya

5. Tidak menyerupai pakaian laki-laki

6. Tidak menyerupai pakaian wanita-wanita kafir

7. Pakaian yang dipakai adalah untuk tujuan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, bukan pakaian untuk berhias diri atau pamer kecantikan dan menarik perhatian orang lain atau untuk mencari popularitas

8. Warna pakaian terbaik adalah warna gelap dan tidak norak (warna mencolok)

Itulah delapan syarat atau kriteria pakaian Muslimah shalihah yang harus dijaga oleh para Mu’minat shalehah. Kriteria pakaian tersebut telah memenuhi persyaratan apa yang disebut sebagai pakaian TAQWA.

"Dan pakaian takwa itulah yang paling baik." (QS. Al A'raaf: 26)

Kewajiban menutup aurat

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

يَا بَنِي آَدَمَ قَدْ أَنْزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يُوَارِي سَوْآَتِكُمْ وَرِيشًا وَلِبَاسُ التَّقْوَى ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آَيَاتِ اللَّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ يَا بَنِي آَدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآَتِهِمَا إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian Takwa itulah yang paling baik. Demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat. Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh Syetan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan Syetan-syetan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang tidak beriman.” (QS. Al A‘raaf: 26-27)

Batas aurat wanita

a. Seluruh tubuh kecuali wajah dan kedua telapak tangan sampai pergelangan.

Allah SWT berfirman,

Katakanlah kepada wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita, dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan, dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah. Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung".” (QS. An Nur: 31)

Dari ‘Aisyah radhiallahu 'anha berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,

Wahai Asma’, sesungguhnya wanita apabila telah haidh tidak boleh dilihat darinya kecuali ini dan ini.” Dan beliau (Rasulullah) mengisyaratkan wajahnya dan kedua tangannya sampai pergelangan." (HR. Abu Daud)

Sesungguhnya wanita diciptakan dalam keadaan fitrahnya senang berhias dan tumbuh dalam keadaan berperhiasan. Perhiasan itu ada dua: Pertama, yang berasal dari dirinya (tubuhnya) sendiri yang merupakan asal penciptaannya seperti rambut, wajah dan semisalnya. Kedua, perhiasan yang diambilnya dari luar dirinya kemudian dikenakan untuk memperindah diri seperti anting-anting, cincin, gelang kaki, pewarna kuku (daun pacar) dan selainnya. Kedua jenis perhiasan ini tidak boleh diperlihatkan di hadapan lelaki yang bukan mahram (ajnabi), karena syariat menetapkan hanya pihak-pihak tertentu yang diperkenankan melihat perhiasan si wanita sebagaimana tersebut. Maka satu-satunya jalan untuk memperbaiki keadaan ini adalah dengan kembali kepada hukum yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya.

b. Seluruh tubuh kecuali satu buah mata yang terlihat.

Dasarnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya [yaitu sejenis baju kurung yang lapang yang dapat menutup kepala, muka dan dada] ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Dari Ibnu Abbas dan Abu Ubaidah radhiallahuanhuma berkata: “Allah memerintahkan kepada kaum Muslimah untuk menutup kepala dan wajahnya dengan jilbab kecuali satu mata, agar mudah dikenali, bahwa mereka adalah wanita-wanita merdeka.”

Dari Ali bin Abi Thalib radhiallahuanhu berkata: Abu Shalih mengatakan kepadaku, Muawiyah berkata kepadaku, dari Ibnu Abbas radhiallahuanhuma mengenai firman Allah (QS. Al Ahzab: 59): "Bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan kepada isteri-isteri para mukminin jika mereka keluar rumah untuk suatu keperluan, haruslah mereka menutup wajah mereka dari atas kepala mereka dengan jilbab. Dan hendaklah mereka menampakkan satu mata untuk melihat."

Dari Ummu Salamah radhiallahuanha berkata: "Ketika Allah menurunkan wahyu (QS Ahzab: 59), maka wanita-wanita kalangan Anshar keluar dari rumah-rumah mereka, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung gagak dari kain hitam yang mereka pakai."

Selain dari ayat-ayat di atas, ada beberapa hadits yang menyempurnakan adab wanita Muslimah jika mereka keluar rumah. Yaitu tiap-tiap wanita atau isteri Muslimah yang shalihah jika hendak keluar rumah wajib meminta izin kepada suaminya atau penanggung jawabnya (orang tua-nya) agar mereka senantiasa berada dalam keridhaan Allah Ta'ala.

Wanita Muslimah atau isteri wajib minta izin orang tua atau suami

Dari Anas bin Malik radhiallahuanhu ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Setiap isteri yang keluar rumah tanpa izin suaminya, tetap dalam murka Allah, sehingga kembali kerumahnya atau dimaafkan oleh suaminya.” (pada riwayat lain) setiap malaikat yang ada di langit mengutuknya, dan apa saja yang dilaluinya selain manusia dan jin, sehingga kembali.

Larangangan wanita muslimah memakai parfum

Dibolehkan bagi wanita untuk memakai wangi-wangian apa saja yang disukai, baik yang dipakai dipakaian atau dibadan. Akan tetapi ada ketentuan yang harus diperhatikan, yaitu Islam mengharamkan wanita memakai wangi-wangian ketika keluar rumah. Karena dapat membangkitkan syahwat dan mengalihkan perhatian bagi siapa saja yang mencium baunya terutama laki-laki.

Dari Abu Musa al Asy’ari radhiallahuanhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Tiap-tiap wanita yang menggunakan harum-haruman kemudian keluar melewati sekelompok kaum supaya dicium baunya oleh kaum itu, maka dia adalah seorang wanita penzina (pelacur) dan setiap mata yang memandangnya juga telah (ikut) melakukan zina (berzina).

Dari Abu Musa al-Asy’ari berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Siapa saja wanita yang memakai wangi-wangian kemudian keluar rumah dan berjalan melewati satu kaum sehingga mereka dapat mencium baunya, maka ia adalah wanita pezina.” (HR. An-Nasa’i)

Maksud dari hadis di atas adalah bahwa perbuatan seperti itu dapat dikategorikan dengan berzina. Hadits di atas memberikan peringatan, agar Muslimah dapat menghindarkan diri dari perbuatan tersebut yang hanya dilakukan oleh para pezina.

Hadits yang lain, diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiallahuanhu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Siapa saja wanita yang terkena asap wangi-wangian, maka jangan ikut bersama kami untuk melakukan shalat Isya’ pada akhir malam.” (HR. Muslim)

Dari Abu Hurairah radhiallahuanhu, bahwa ia suatu saat bertemu dengan seorang wanita yang tercium olehnya bau wangi-wangian, dan di bagian belakang pakaiannya terdapat kain yang menyapu tanah. Abu Hurairah berkata, “Wahai amah (hamba) al-Jabbar, apakah engkau datang dari masjid?” Wanita itu menjawab, “Ya”. Abu Hurairah berkata lagi, “Apakah untuk-Nya engkau memakai wangi-wangian?” Wanita itu menjawab, “Ya”. Kemudian Abu Hurairah menjelaskan, “Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Tidak akan diterima shalat seorang wanita yang memakai wangi-wangian dalam masjid ini, sehingga ia kembali dan mandi seperti ia mandi janabah (junub).” (HR. Abu Dawud)

Oleh karena itu, menjadi perhatian bagi wanita, apabila untuk pergi ke masjid, Islam melarang wanita menggunakan wangi-wangian. Lalu bagaimana hukumnya jika dipakai ke tempat-tempat umum yang banyak berkumpul laki-laki, seperti pasar atau tempat-tempat pembelanjaan lainnya? Ke masjid saja tidak boleh apalagi yang lebih umum, jelas lebih diharamkan lagi.

Inilah diantara ketentuan syari’ah Islam mengenai adab wanita shalihah keluar rumah, dan adalah orang-orang yang shalih dan shalihah apabila diajak kembali kepada syari’ah Allah Rasul Nya, maka jawabannya hanyalah sami’na wa atha’na “kami mendengar dan kami ta’at” (QS. an Nuur: 51 dan QS. Al Ahzaab: 36).

Wallahu a’lam bisshawab…

(PurWD/voa-islam.com)

Menggali Potensi Muslimah


MENJADI seorang muslimah luar biasa, karena memiliki beragam potensi yang dapat dikembangkan demi kebaikan umat, dalam berbagai cara. Di tengah-tengah penderitaan berkepanjangan yang diderita umat Islam saat ini, baik muslim maupun muslimah berkewajiban menerjang tantangan dan membantu mengembalikan kejayaan yang pernah diraih Islam dan umatnya.

Begitu banyak pekerjaan yang harus dilakoni, dan jangan ada waktu yang disia-siakan. Bersama kaum laki-laki, wanita pun memiliki peran dalam menegakkan panji tauhid di atas muka bumi. Jika kita menoleh ke belakang, melongok sejarah Islam, maka kita akan mendapatkan berbagai fragmen yang menggambarkan sejumlah peran signifikan yang dijalani para muslimah. Peran tersebut masih akan terus dilakoni hingga saat ini, demi kemaslahatan masyarakat muslim. Di antaranya adalah:

... Bersama kaum laki-laki, wanita pun memiliki peran dalam menegakkan panji tauhid di atas muka bumi...

Sebagai ulama dan intelektual

Dalam Islam, wanita memiliki kemampuan untuk belajar dan unggul di berbagai disiplin keilmuan. Pengetahuan dan keilmuannya dapat dimanfaatkan untuk keuntungan umat yang secara partikular sangat membutuhkan intelektual dan ulama Islam wanita. Mereka sangat dibutuhkan untuk membimbing komunitas mereka. Maka sekaranglah saatnya untuk mengembalikan kejayaan keilmuan Islam di posisi superior, di saat banyak kalangan melihat dengan pandangan inferior terhadap studi Islam.

Teladan terbaik dalam hal ini, tentu saja, adalah Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq. Terdapat hikmah begitu besar di balik pernikahan dininya dengan Rasulullah. Selama hidup mendampingi Rasul, Aisyah banyak belajar dan menggali pengetahuan dari dua sumber penting Islam, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya.

Dan selepas beliau wafat, Aisyah hidup 50 tahun lamanya; memberikan pengajaran dan pemahaman kepada siapa saja yang buta akan pengetahuan Islam. Sepeninggal Rasul, Aisyah menjadi referensi penting dan tempat bertanya bagi orang-orang. Selama 50 tahun itu pula –dengan penuh dedikasi— dia mengajarkan, mengisahkan, menasehati, dan membantu orang lain memahami Islam. ...Dalam Islam, wanita memiliki kemampuan untuk belajar dan unggul di berbagai disiplin keilmuan. Umat sangat membutuhkan intelektual dan ulama Islam wanita...

Tak hanya itu, dia menjadi salah satu dari empat orang sahabat yang melansir lebih dari dua ribu hadits Rasulullah. Tak terhitung lagi banyaknya sahabat yang mengambil keuntungan dari pengetahuan dan periwayat haditsnya. Di antaranya adalah Abu Musa Al-Asy’ari yang mengatakan, “Ketika kita, para sahabat Rasulullah, menghadapi setiap kesulitan dalam persoalan hadits, maka kita merujuk kepada Aisyah, dan dia pasti memiliki pengetahuan pasti tentangnya.” Tidak hanya piawai dalam hadits, Aisyah juga pakar dalam bidang hukum dan pengobatan.

Selain menjadi salah satu dari tiga istri Rasulullah yang hafal Al-Qur’an, Aisyah juga merupakan salah seorang pakar fikih mumpuni, pendidikan, dan seorang orator ulung. Secara umum, bersama para sahabat serta ulama lainnya, dia memainkan peran penting dalam memelihara dan mentransfer ajaran-ajaran Al-Qur’an dan Sunnah kepada generasi selanjutnya.

Tak ayal, Aisyah memberikan teladan sempurna mengenai keberhasilan dan kontribusi yang dapat dilakukan seorang muslimah demi kedigdayaan umat. Jika demikian, rasanya sangat perlu untuk mendorong para muslimah menjadi “Aisyah” hari ini dan esok.

... Hukum Islam mengakui hak-hak ekonomi dan properti perempuan secara penuh, baik sebelum maupun sesudah pernikahan...

Sebagai dermawan dan filantropis

Hukum Islam mengakui hak-hak ekonomi dan properti perempuan secara penuh, baik sebelum maupun sesudah pernikahan. Mereka dibolehkan membeli, menjual, atau menyewakan properti mereka secara leluasa, dan menggunakan kesejahteraan mereka tanpa campur tangan siapa pun.

Atas alasan demikian, beberapa muslimah menjadi sangat makmur dan sejahtera. Sepanjang perjalanan sejarah, banyak muslimah yang telah menggunakan penghasilan dan pendapatannya untuk Islam dan kepentingan umatnya. Khadijah binti Khuwailid, istri Rasulullah dan pengusaha wanita sukses, menjadi contoh terbaik dalam hal kedermawanan.

Dukungan Khadijah untuk Nabi Muhammad dibuktikan dengan banyak cara, termasuk dengan finansial. Dia memberikan porsi besar kekayaannya untuk menunjang misi beliau. Mengenai Khadijah, Rasulullah bersabda, “Dia beriman kepadaku tatkala orang-orang mengingkari. Dia membenarkan aku ketika orang-orang mendustakan. Dan dia memberikan hartanya ketika kepadaku ketika orang-orang tidak memberiku apa-apa.” (Al-Bukhari dan Muslim).

Dan masih banyak lagi para muslimah filantropis (suka bederma/cinta kedermawanan) sepanjang sejarah Islam. Sebut saja beberapa nama: Fathimah Al-Fihriyyah (w. 880) yang menggunakan kekayaannya untuk membangun sebuah sekolah dan masjid di Qarawiyyin, Maroko. Masjid Qarawiyyin dan sekolahnya kemudian menjadi pusat studi Islam di Maroko selama lebih dari seribu tahun, dan kemudian menjadi universitas tertua di Maroko.

Kemudian ada Maryam binti Asy-Syam (w. 1313), Barakah binti Abdullah (w. 1372), Al-Udar Al-Karimah dari Yaman (w. 1360), dan Banafsha` Ar-Rumiyyah (w. 1008) yang telah merenovasi Baghdad, serta banyak lagi yang lainnya.

Serta banyak muslimah lainnya yang dikaruniai Allah kemampuan finansial lebih untuk memajukan umat dalam berbagai cara, mengikuti segenap teladan para pendahulu mereka. Di saat umat Islam hari ini sangat membutuhkan sekolah, masjid, pusat pelayanan sosial, dan fasilitas-fasilitas lainnya yang mengimplementasikan ajaran-ajaran Islam purifikatif, maka keberadaan mereka menjadi sangat urgen.

Pun demikian, para muslimah berkewajiban menyadarkan para yunior mereka tentang nilai uang, dan urgensi dari mendonasikan kekayaan mereka di jalan Allah. Oleh sebab itu, rasanya sangat perlu untuk mendorong para muslimah menjadi “Khadijah” hari ini dan esok.

...Sekaranglah saatnya Muslimah memenuhi berbagai kemungkinan dan memberikan bantuan demi mengembalikan Islam ke posisinya yang terhormat...

Kedua contoh di atas hanya segelintir peran yang bisa diambil para muslimah di setiap komunitas mereka, sebagaimana dilakukan generasi terdahulu sepanjang lintasan sejarah Islam. Bahkan banyak dari mereka yang menjadi dokter, pekerja sosial, intelektual, pendidik, dan lain sebagainya. Mereka turut andil dalam membersihkan debu-debu dari ‘wajah’ syariat Islam. Mereka telah mengerahkan upaya mereka dalam memajukan peradaban Islam, sembari tidak lupa untuk terus menjaga prinsip-prinsip Islam seperti kesederhanaan, memelihara martabat dan harga diri.

Ya, para muslimah memiliki potensi yang luar biasa. Sekaranglah saatnya untuk memenuhi berbagai kemungkinan dan memberikan bantuan demi mengembalikan Islam ke posisinya yang terhormat dalam konstelasi bangsa-bangsa. Dengan catatan, aktivitas, perjuangan, dan aktualisasi diri tetap dilakukan dalam koridor syariat Islam. [ganna pryadha/voa-islam.com]